Posts

Main di Kebun Teh Puncak

Image
foto: Raisan Al Farisi Sebagai warga asli Bogor, saya keitung jarang banget main-main di perkebunan teh di Puncak. Dulu sih main ke Puncak seringnya ke rumah teman-teman sekolah. Tapi kali ini saya mau menjajal perkebunan teh yang letaknya tepat di perbatasan antara Bogor dan Cianjur, yaitu Perkebunan Teh Ciliwung. Kebetulan fotografer kantor ada yang minta diantar ke sini. Lumayan ya jadi pemandu wisata dadakan.   Pintu masuk perkebunan ini ada di pinggir jalan, di seberang rumah makan Rindu Alam. Tiket masuknya agak mahal sih untuk lokasi wisata yang stagnan kayak gini, yaitu Rp 7.000 (th 2015), tidak termasuk biaya parkir. foto: Raisan Al Farisi Perkebunannya memang gak luas banget, tapi pengunjung bisa mengekspor spot-spot foto yang bagus. Untung saya jalan sama fotografer, jadi punya foto-foto bagus deh. Yippii… Di dalam perkebunan juga ada berapa pedagang yang menjajakan kopi dan mie instan. Biasanya kalau ada pedagang, rawan banyak sampah nih. S...

Pulang Malam

Image
"Kamu perempuan, kalau pulang malem sendirian bahaya, harus ada yang anter," kata orang-orang di kantor setelah ngeliat muka memelas saya menghadapi rumitnya malam. Tapi buat saya, malam gak pernah rumit. Malam selalu menawarkan keheningan di tengah gemerlapnya lampu-lampu jalan. Malam selalu indah untuk dinikmati, membuat sekecil apapun cahaya akan terlihat memukau. "Tenaaaang, Allah jagain aku," kata saya ke mereka, lalu ber-dadah-dadah ria menuju halte Transjakarta. Kalau hari sudah sangat larut dan Transjakarta di koridor 6 (jurusan Ragunan-Dukuh Atas 2 yang lewat halte Pejaten deket kantor) sudah pulang kandang, terpaksa saya minta diantar teman sampai halte Kuningan Timur, karena koridor 9 (Pinang Ranti-Pluit) beroperasi 24 jam. Namanya Amari atau Angkutan Malam Hari, sosok besar berwarna oranye yang selalu saya tunggu di halte ini. "Lamaaa..." kata saya dalam hati sambil terkantuk-kantuk. Meski sudah larut, saya gak pernah sen...

Gunung Papandayan (2)

Image
foto: Fidyastria Saspida Sleeping bag yang saya pakai ternyata belum bisa memberikan kehangatan. Soalnya malam itu saya masih kedinginan meski udah dempet-dempetan tidur sama sepupu, Monica. Ternyata yang gelisah karena dingin gak cuma saya, yang lain ngerasain hal yang sama.  Jam 04.00, demi menghangatkan badan, sepupu saya yang lain, Delia, langsung masak air dan buat kopi. Gak ngerti kenapa ini anak kuat banget beraktifitas di luar tenda, saya mah nyerah. Tapi setelah itu, kita semua bangun dan minta dimasakin mie cup. "Gue kira gue yang makan paling banyak, ternyata teteh-teteh ini makannya lebih banyak, mana doyan jajan," kata sepupu saya (yang paling kuat dan paling sering daki gunung), Wahyu, setelah liat saya, teteh, dan yang lain makan mie dengan random subuh-subuh. foto: Fira Nursya'bani Lagi asik-asiknya makan, tiba-tiba bumi tergoncang alias gempa bumi. Lumayan lama sekitar satu menit. Parno banget kan lagi di atas gunung terus ada ge...

Gunung Papandayan (1)

Image
foto: Muhammad Rizki Farhan Entah udah berapa lama punya rencana naik gunung bareng sepupu-sepupu. Awalnya gunung yang mau didaki itu Gunung Gede. Tapi karena saya udah pernah ke sana, jadi saya ber-sikeukeuh memelintir tujuan jadi ke Gunung Papandayan. Alasannya, Papandayan lebih landai dan naiknya gak susah (cenah, soalnya saya belum pernah ke sana sebelumnya). Setelah melewati perdebatan yang panjang, kita semua sepakat berangkat ke Papandayan setelah Lebaran, 24-25 Juli, nginep satu malam. Total yang jadi naik ada tujuh orang. Saya, teteh, aa, pacar aa, sepupu dari Bogor sebiji, dan sepupu dari Depok dua biji. Jadi ceritanya, saya didaulat sebagai 'teteh yang udah pernah naik gunung', yang membuat saya harus bawa keril 40L. Gak masalah sih, yang saya bawa keril saya sendiri yang saya beli tiga tahun lalu. Beli tapi gak pernah dipake, tau-tau udah butut :( foto: Muhammad Rizki Farhan Kamis malam, saya, teteh, aa, dan sepupu saya, udah siap-siap ba...

S.O.T.R

Image
pic: dagelan Meski udah sering denger kata Sahur On The Road alias SOTR alias sahur di jalan, saya sebagai anak gadis rumahan, sama sekali belum pernah ikut sahur di luar rumah. Pernah sih beberapa kali ditawarin temen, tapi karena jadwal tidur saya terancam, saya nolak buat ikut. Apa sih esensinya SOTR? Kata temen saya yang pernah nawarin sih, SOTR itu bisa jadi ajang silaturahim. Gak cuma sama temen-temen sepermainan, tapi juga sama orang-orang gak mampu. Intinya, supaya SOTR bisa lebih berkah, alangkah baiknya sekalian bagi-bagi makanan sama para tuna wisma yang ditemui di jalan. Mulia banget kan ya! Tapi kenapa pak polisi Polda Metro Jaya kok sampe tega bikin razia besar-besaran buat membasmi SOTR yang (katanya) mulia itu? Ternyata ada juga SOTR yang nggak berkah lho. Boro-boro bagi makanan sama tuna wisma, yang ada justru tawuran dan transaksi narkoba. Bulan puasa sempet-sempetnya tawuran malem-malem, kesambet apa ya? Mungkin mereka takut puasanya batal kalo tawuran s...

Resep: Deblo

Image
Gak tau udah ada berapa ratus makanan olahan singkong di dunia ini, yang jelas singkong emang gak ada matinya. Kabarnya singkong termasuk makanan tinggi kalori penghasil energi dan baik dikonsumsi sama penderita diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi. Sekarang saya mau menyebarkan kebahagian, boong deng, saya mau menyebarkan resep kesukaan keluarga besar saya turun temurun, namanya DEBLO. Ada yang pernah denger? Saya sendiri gak tau deblo ini aslinya dari daerah mana atau di daerah lain disebut dengan nama apa, dan saya gak tau juga kenapa di setiap kumpul keluarga besar, terutama pas buka bersama Ramadan kayak gini ini, deblo jadi penganan yang wajib ada. foto: Fira Nursya'bani Bahan deblo: Singkong, daun bawang, garam/gula, minyak goreng Bahan Sambel: Cabai merah, cabai rawit, bawang Putih, garam/gula, air foto: Fira Nursya'bani Setelah dikupas dan dicuci bersih, singkong di parut. Jangan lupa, abis diparut, singkong diperas pakai kain sampe se...

Botol Kecap (2)

Hari-hari terlewati. Anak tuan Hyr mulai memberanikan diri mengajakku pergi. Aku mulai menyukainya. Petang hari, ketika semua urusan kami selesai, ia menjemputku di pertigaan. Mantel dan sepatu boot klasiknya mencuri perhatianku, ia sungguh memiliki selera yang bagus. Saat itu matahari tertutup awan dan udara sedikit dingin karena angin berembus cukup kencang di akhir musim semi. Kami berjalan bergandengan. Tapi jangan pikir ini semacam kencan sepasang kekasih yang sedang kasmaran, kami sama sekali tak memiliki rasa itu. Ia mengajakku ke perkebunan kedelai milik keluarganya. Dan aku jatuh cinta, pada perkebunan itu. Kedelai-kedelai terbaik dihasilkan di kebun yang luasnya sekitar tiga hektar ini, cukup luas untuk ukuran sebuah perkebunan keluarga. Ia dan keluarganya lalu memberiku satu kantung penuh biji kedelai hitam yang ranum dan siap diolah menjadi kecap. “Kau tahu, aku belum pernah mengolah kecap,” aku menatap biji kedelai di genggamanku lekat-lekat . “Tak perlu k...