Gunung Galunggung yang Agung
foto: Raisan Al Farisi |
Kota yang bakal kita jelajahi kali ini adalah Tasikmalaya. Kenapa Tasik? Jadi, awalnya saya dan Raisan mau jalan-jalan ke Pangandaran,
ngajak Papa, Mama, dan Ade. Rencana sudah lumayan
matang, sampai akhirnya harus diubah total.
Ade harus ikut kuliah umum sampai siang.
Raisan mesti nerusin bikin SIM sampai siang. Dan parahnya, Papa gak bisa ikut.
Mama dan saya? Duduk cantik nunggu mereka pulang ke rumah.
Papa nyaranin supaya kita gak ke Pangandaran
karena jauh, sedangkan kita baru berangkat sore. Akhirnya Raisan memutuskan
untuk ngajak kita ke Gunung Galunggung, Tasikmalaya. Entah dapat ilham dari mana.
Hujan deras mengguyur kota Bandung waktu kita
jalan untuk ngejemput Ade. Macet luar biasa awalnya, tapi alhamdulillah keluar Kota Bandung sudah lancar, meski masih hujan.
Sekitar jam 20.00 kita sudah
sampai di Garut. Tadinya kita mau cari hotel di sini sekalian berendam. Tapi
mengingat kita mau ‘mendaki’ Galunggung pagi-pagi, kita cari hotel di Kota Tasikmalaya. Dan dapatlah sebuah hotel dengan bajet miring, twin bed,
untuk empat orang.
Karena hari sudah malam, kita semua langsung
tertidur pulas. Saya satu kasur bareng Mama, Ade dikasur sebelah, dan Raisan di
bawah (kesian bener ni pak sopir).
Esoknya, jam 06.00 pagi kita
sudah check out dari hotel dan jalan menuju Galunggung. Nahas, hujan deras juga
mengguyur Tasikmalaya, kita sampe harus beli jas hujan untuk bisa sampai ke
puncak.
Jadi di Galunggung ini ada dua jalur, jalur
pertama ada 500-an anak tangga, jalur kedua ada
600-an anak tangga. Bisa nebak dong kita pilih jalur yang
mana?
Saya salut banget sama Mama. Meski usia udah masuk kepala lima,
tapi semangatnya puoooll. Mama tanpa ragu naik 512 anak tangga! Keren kan.
foto: Raisan Al Farisi |
Sesampainya di atas, sambil ngos-ngosan,
hujan masih membasahi kita. Tapi alhamdulillah jadi gak terlalu capek juga sih karena udaranya
adem.
Setelah ngaso sebentar, kita
berempat memutuskan untuk cari spot bagus untuk foto-foto. Eeeh, tau-tau Raisan
bilang kacamatanya hilang. Kemungkinan besar jatuh di jalan.
Kita semua balik
lagi menyusuri jalan dan Mama memimpin operasi pencarian kacamata Raisan yang hilang. Untung akhirnya
ketemu.
foto: Raisan Al Farisi |
Yasudah kita jadinya foto-foto di tempat awal
deh. Sementara Mama jajan di warung, kita bertiga melawan hujan dengan
berfoto.
Kawahnya agak ketutup kabut, tapi keren. Pengen rasanya bisa jalan ke
bawah
kawah, syukur syukur bisa kemping. Duh.
Jam 10.00 kita turun, hujan sudah lumayan reda dan kabut sudah
hilang. Pemandangan kota Tasikmalaya kini terlihat jelas dari atas. Indaaahh.
Setelah dari sini rencananya kita mau ke pemandian air panas, masih satu lokasi
di sini.
Untuk mandi mandi cantik di kolam, kita gak
usah bayar lagi. Cukup sekalian sama tiket masuk di awal. Tapi kalau mau
berendam di kamar mandi yang airnya lebih panas, kita harus bayar Rp 10 ribu.
foto: Raisan Al Farisi |
Di kolam emang gak terlalu panas sih. Masih
ya Cikundul is the best. Dan 30 menit kemudian, sebelum hujan kembali mengguyur,
kita buru-buru bilasan dan pulang.
Bye bye Tasikmalayaaa….
Comments
Post a Comment