Batu Tapak Campground
foto: Fidyastria Saspida |
Kemping memang candu. Apalagi kalau
udah pernah ngerasain hidup di 'hutan' Jakarta. Rasanya kemping sebulan
sekali oke juga buat menghilangkan mumet dan menenangkan pikiran. Saya
punya rekomendasi tempat kemping yang asik buat keluarga, namanya Batu
Tapak Campground di Jalan Raya Cangkuang KM. 12, Cidahu, Sukabumi.
Tempat kemping ini akses masuknya gak susah. Kalau bawa kendaraan sendiri, dari Jalan Raya Sukabumi, kita tinggal masuk ke gang besar Jalan Raya Cangkuang. Lurus terus ikutin jalan 30 menit kalau lancar, sampe deh. |
Kebetulan saya ke sana bareng sepupu-sepupu, 12 orang, dengan dua mobil. Karena Jalan Raya Sukabumi saat macet bikin stres, akhirnya kami lewat jalur alternatif yang jalannya jelek.
Setelah hampir 1,5 jam melewati jalan kecil, kami sampai ke Jalan Raya Cangkuang. Di sini ada angkot juga tapi kayaknya gak sampe tempat perkemahan.
Meski jalan Cidahu sudah beraspal dan lumayan bagus, satu mobil yang kami bawa gak bisa naik karena ada beberapa tanjakan yang curam. Hmmm. Perjuangan banget jadinya harus dorong-dorong mobil dulu sampe ngos-ngosan.
foto: Fidyastria Saspida |
Cidahu ini jadi pintu masuk para pendaki yang mau naik Gunung Salak. Di pos pembayaran ada beberapa pendaki yang baru turun atau mau naik ke Salak.
Berhubung ini kemping ceria, kami nginep di kaki gunungnya dulu deh ya, ke puncaknya kapan-kapan.
Oh ya, kami mesti bayar parkir Rp10.000 per mobil dan bayar masuk untuk kemping Rp15.000 per orang.
Perkemahannya cukup luas dan dekat dengan parkiran. Ada beberapa tenda besar juga yang bisa disewa. Ett, tapi kami gak nyewa, karena bawa tenda sendiri.
foto: Fidyastria Saspida |
Perkemahan ini dilengkapi dengan warung, musala, dan toilet yang lumayan bersih. Jadi gak perlu khawatir. Sesampainya di sini, suasana perkemahan gak terlalu ramai, ada sekitar sembilan tenda menclok-menclok di tempat kemah seluas 4-5 hektar ini. Kami memilih tempat yang agak tinggi dan gak jauh dari mobil.
Setelah selesai mengukur lokasi kemping, prosesi pendirian tenda pun di mulai. Kami bawa dua tenda besar dan satu tenda kecil. Dua tim bahu membahu bikin dua tenda besar, sementara tenda kecil dibuat belakangan.
Sebenarnya yang bisa ngediriin tenda cuma beberapa orang, sisanya cuma ngerecokin. Kami memutuskan untuk nyatuin tiga tenda biar anget dan berinisiatif ngambil cover mobil untuk nutupin tiga tenda sekaligus. Kebetulan juga di mobil ada banner kampanye yang bisa dipake alas masak di luar.
Hwaaa. Akhirnya selesai juga bikin tenda, yang kayaknya lebih mirip sama tenda pengungsi dibandingkan dengan tenda kemping.
foto: Fira Nursyabani |
Hujan rintik-rintik mulai turun. Barang bawaan dan anak-anak disuruh masuk dulu ke dalam tenda. Cewek-cewek nyiapin air buat minum. Cowok-cowok nyari kayu bakar buat bikin api unggun.
Hari semakin gelap, untung ada warung, jadi anak-anak bisa bebas buang air dan salat tanpa repot. Di kejauhan kota Sukabumi yang gemerlap mulai terlihat.
Setelah hujan reda, kami mulai masak nasi, mie, dan goreng-gorengan. Semua makan dengan lahap.
foto dok pribadi |
Meski hujan, cuaca gak terlalu dingin. Ditambah anak-anak cowok sekarang sudah semakin mahir bikin api unggun (mengingat di Papandayan dulu mereka susah payah nyalain api unggun tapi gagal terus).
Semua menikmati malam, ada yang foto-foto, ada yang curhat-curhat, ada yang rela terus kena asap demi memastikan api unggun gak mati. Jam 11 malam, anak-anak cewek mulai ngantuk dan tidur di tenda besar di tengah.
Api unggun sudah mati dan gak bisa dihidupkan lagi. Matahari malu-malu mulai keluar dari peraduan. Daripada kami terus meratapi nasib, ada baiknya kami menjelajah perkemahan sambil foto-foto. Yuk ah.
Nah, yang bingung nyari tempat untuk menghabiskan akhir pekan, Batu Tapak Campground bisa jadi alternatif. Jangan ke mall muluk, pepohonan bisa bikin sehat mata dan paru-paru.
foto dok pribadi |
foto: Muhamad Rizki Farhan/Muhammad Wahyu Hidayat |
Sekitar jam setengah 8an, kami siap-siap untuk masak. Menu kali ini nasi, tempe, bakso goreng, nugget, dan sambel goreng.
Kalau kemarin kita makan dengan alat makan masing-masing, sekarang karena cuaca cerah, kita gelar matras yang dilapisi kertas nasi untuk makan bareng-bareng. Emang ya, kalau ramean, walaupun menunya sederhana, tetep enyak.
Ett, jangan dulu pulang. Konon di sini ada sebuah curug yang bisa dijajal. Siap? Jaraknya kira-kira 15 menit jalan kaki dari tempat perkemahan.
Jalurnya tanah dan tangga-tangga yang lumayan curam. Karena kemarin habis hujan, tanahnya lumayan licin, dan membuat saya jatuh tisoledat.
Tadaaa.... air terjunnya memang gak terlalu tinggi, tapi airnya jernih dan dingin banget. Asik buat yang mau mandi-mandi cantik. Saya sih gak mandi, takut masuk angin.
Kebayang ya girangnya sepupu-sepupu saya nemu air. Kebanyakan diem di kota, jadi megap-megap.
Oh iya, untung teteh bawa makanan dan minuman yang masih tersisa, habis berenang emang suka laper dan ini rasanya kayak piknik di tengah piknik. Hihi. Udah yuk, udah siang nanti masuk angin semua, repot.
foto: Muhammad Rizki Farhan |
Gak usah khawatir gak punya tenda, kita bisa nyewa juga kok tenda yang cukup besar, biasanya dikasih kasur dan bantal juga. Gak usah takut gak bisa buang air dan susah salat juga.
Comments
Post a Comment