Selamat Lebaran dari Rainier dan Emica
foto: Sarah Munifah |
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kulla 'amin wa antum bikhoir
Alhamdulillah. Kami sekeluarga masih dipertemukan dengan Idulfitri dan Lebaran di tahun ini. Puasa kali ini rasanya aneh karena gak bisa video call Nenek dan Engkong di Bogor. Sahur jadi terasa sepi.
Saya juga gak tau harus nanya soal resep berbuka dan sahur ke siapa karena selama ini cuma Mama yang jadi tempat bertanya.
Tapi bagi Emica, puasa dan Lebaran ini spesial karena jadi pengalaman perdana. Mica dan Rai selalu kompak, kalau satu bangun sahur, satunya lagi ikut bangun. Meski seringnya sih mereka berdua nyenyak tidur sampe subuh.
Ramadan ini personel salat teraweh di rumah bertambah. Rainier sekarang hampir selalu ikut teraweh setiap hari, pakai mukena yang dikasih Nenek Ciawi. Teraweh juga lebih leluasa karena Mica, punya jam biologis tidur selepas magrib.
Sebenernya kami sudah punya rencana matang buat berlebaran di Bogor. Apa daya, mudik dilarang. Akhirnya, untuk pertama kali, kami berlebaran di rumah Cinunuk bersama tetangga-tetangga lain yang juga gak mudik.
foto: Raisan Al Farisi |
Siangnya, kami silaturahmi ke Kakek Nenek Antapani dan foto-foto. Semoga puasa satu bulan penuh saat Ramadan bisa membersihkan hati dari segala yang buruk.
Kehampaan yang dirasa tahun ini dan tahun-tahun berikutnya bisa jadi pengingat kalau dunia hanya tempat singgah sementara.
Berharap juga Lebaran tahun depan bisa ke Bogor dan langsung ziarah ke makam Nenek Ciawi.
Maafin Rainier dan Emica ya semuaa...
Comments
Post a Comment