Tiga Tahun Rainier, Belajar Memahami Emosi
foto: Raisan Al Farisi |
Gak mudah buat Rainier untuk jadi kakak di usia yang amat muda. Tapi ternyata dia bisa mengatasinya. Belajar berbagi, mencintai, dan bahkan menjaga.
Meski begitu, selama dua tahun menjadi anak tunggal, Rai tumbuh dengan sifat tantrum yang kuat. Masa-masa teribble two membuat saya agak kewalahan karena harus momong dua anak sekaligus dan memahami emosi mereka.
Ada kalanya sabar harus kalah, tapi ada istigfar yang jadi pengobat. Gak lelah saya dan suami saling mengingatkan, kebahagian anak tetap yang utama.
Ada satu drama yang paling sering dilakukan Rai sampai tantrum, namanya drama 'penyesalan'.
Contoh kasus:
Saya mengajaknya sholat. Dia cuek dan memilih nonton tv. Lalu saya sholat sendirian (atau berjemaah sama bapaknya).
Saat saya sedang sholat, Rai akan merengek ingin ikut sholat, menyesal karena sudah mengabaikan ajakan saya. Rengekan itu akan berubah jadi tantrum yang luar biasa dengan tangis sesegukan.
Setelah beberapa kali dihadapkan dengan situasi semacam ini, saya semakin mengerti kalau menghadapi anak dengan emosi meluap-luap seperti Rai ternyata bukan dengan emosi yang sama. Kemarahannya gak akan reda dengan bentakan dan hukuman.
Hatinya akan luluh justru dengan pelukan. Biasanya hal pertama yang saya tanya adalah "teteh kesel?"
Bermula dari situ, Rai mulai berani mengungkapkan perasaannya. Lalu dia bakal menyampaikan keinginannya.
Saat dia mulai mengenal emosinya sendiri, saya mencoba memberikan pemahaman, dia perlu mematikan TV saat masuk waktu sholat dan bergegas berwudhu. Pemahaman untuk tidak abai terhadap segala sesuatu ini disampaikan berulang sampai jadi kebiasaan.
foto: Raisan Al Farisi |
Ternyata, penyampaian pesan untuk anak usia Rai akan sulit kalau dilakukan sambil lalu atau sambil berteriak. Rai biasanya akan lebih mengerti jika saya berbicara langsung di depannya, posisi mata sejajar, ditambah dengan pelukan atau belaian.
Rai, meski suka tantrum, adalah anak yang sangat lembut. Apapun yang disampaikan, dengan cara yang baik, akan tertanam dibenaknya.
Potensi serapan otak yang luar biasa ini membuat periode anak usia dua tahun menjadi momen tepat untuk mulai menanamkan nilai-nilai dasar kehidupan.
Bahkan anak-anak sekecil ini sudah bisa menerapkan 3 kata sakti, yakni maaf, tolong, dan terima kasih. Kunci utamanya: beri tahu dengan lembut dan berulang.
Dua tahun perjalanan menjadi ibu memberi saya dorongan untuk terus belajar memahami anak dan mengendalikan emosi demi memutus toxic parenting yang saya alami sewaktu kecil.
Dear Rainier, terima kasih sudah jadi guru terbaik untuk momi. Semoga teteh dibahagiakan hatinya, disehatkan raganya, dimurahkan rezekinya, dan dijauhkan dari orang-orang jahat.
Love Momi.
Comments
Post a Comment