Madasari Private Beach

foto: Raisan Al Farisi

Badan rasanya udah gregesan karena tahun ini kami belum mantaii.. Dipilihlah Pantai Madasari Pangandaran di momen ulang tahun Popi Raisan.

Ada satu penginapan yang pengen banget kami datengin, Bobocabin Madasari, tapi selalu urung karena mahils. Eh ternyata pas cek aplikasinya (kebetulan pernah download karena pernah diundang nginep di Bobocabin Pangalengan), kami dapat diskon lumayan. Akhirnya booking deh. Kami pilih hari Jumat juga biar masuk harga weekday.

Kami pilih jalur berangkat lewat Pameungpeuk Garut dan lanjut menyusuri jalur selatan Jawa Barat. Perjalanan sekitar 5 jam plus istirahat shalat Jumat. Anak-anak alhamdulillah bisa tidur di sepanjang jalan berkelok dan gak ada yang muntah. Mereka juga hepi karena beberapa kali bertemu sama sapi-sapi liar.

Pemandangan di sepanjang jalur selatan ini juga masya Allah bagusnya. Jalannya mulus, banyak pepohonan, belum lagi kalau udah ada di garis pantai, rasanya kayak di syahdu aja gitu.

foto: Raisan Al Farisi

Bobocabin Madasari walaupun akses masuknya agak gelap dan terjal, tapi dalemnya bagus dan ada private beach. Di kompleks penginapan ini ada sekitar 8 kabin yang pintu dan jendelanya bisa dikendalikan pakai aplikasi di ponsel masing-masing guest.

Karena cuaca siang ini panas banget, kami baru menikmati pantai sore-sore. Hawa di sini memang panas karena pas banget di pinggir pantai, beda rasanya sama suasana di Pangalengan (yaiyalah). Dari dalam kamar kabin, kami bisa lihat pemandangan pantai, yaa walaupun agak ketutup sama pepohonan.

foto: Raisan Al Farisi

Pantai Madasari punya ciri khas batu-batu karang besar di bibir pantainya. Di private beach Bobocabin pun ada batu karang raksasa, walaupun gak bisa didatangi, hanya bisa dipandang dari jauh.

Rainier dan Emica sekarang sudah lebih menikmati pantai. Main air, main pasir, main batu, tapi tetep harus dijagain ekstra karena ombaknya lumayan besar. 

foto: Raisan Al Farisi

foto: Fira Nursyabani

Malamnya kami cari makan di sekitar tempat nginap. Rata-rata tempat makan di sini sepi sampe kita ragu mau berhenti. Lalu dipilihlah satu tempat makan yang juga sepi tapi yaudahlah gapapa. 

Kami pilih menu ikan bakar dan cah kangkung. Beli ikan laut bakar ini gambling juga ya karena Popi Raisan gak suka ikan. Kalau saya dan anak-anak sih gass aja.

Karena ikannya mungkin beku, kami nunggu agak lama. Mana udah magrib. Semakin malam, semakin banyak nyamuk pula.

Ikan bakar yang kami pilih adalah ikan cue, yang dilengkapi sambal jahe dan sambal kecap. Jujur ikannya enak, sambelnya mantap. Sambal jahe yang saya kira bakal aneh, ternyata enak-enak aja. Aroma jahenya juga gak terlalu ganggu.

Rainier approved makan ikan sama nasi. Mica approved makan ikan sama mie (yang udah dimakan duluan). Dan tibalah moment of truth Popi Raisan, yang terpaksa makan ikan laut bakar. Kalau gak doyan, ya mau gak mau cuma makan kangkung sama nasi.

Setelah saya pilihin ikan yang paling banyak dagingnya, ternyata Popi Rai doyan. Katanya kalau dimakan combo sama sambal dan nasi, rasa 'laut' dari si ikannya gak begitu terasa. Lahap lah tu, antara laper atau emang sudah berdamai dengan rasa ikan.

Awalnya kami kira ikan sebesar ini bakal gak habis dan sudah berencana untuk bungkus. Eh ternyata ludes, alhamdulillah. Meski tempat makannya sepi, tapi kami sangat menikmati hidangannya. Oh iya, untuk ikan cue bakar ini harganya Rp150.000 per kg, jadi kami bayar sekitar Rp75.000 untuk setengah kg.

foto: Fira Nursyabani

Selamat tidur, Madasari....

foto: Fira Nursyabani

Besoknya kita menjajal pantai lagi pagi-pagi. Tapi karena pantai yang kemarin panas banget kesorot sinar matahari, kami pindah ke pantai di sisi kanan, yang lebih adem. Di sini jalan setapak yang mengarah ke tebing bibir pantai.

Dari sini kami bisa santai-santai sambil lihat pemandangan laut. Sayangnya pagi ini panas banget dan gak ada angin sepoi-sepoi kayak sore kemarin. Anak-anak juga gak puas kalau cuma duduk-duduk dan lihat laut, pengennya langsung main pasir dan main air.

foto: Raisan Al Farisi

foto: Raisan Al Farisi

Yaudah kita pindah deh ke pantai di sisi kanan yang terhalang tebing ini, jadi lebih adem, gak kesorot matahari langsung. Pagi ini kami puas-puasin main di pantai sebelum pulang.

Saya, yang tahun-tahun sebelumnya di pantai cuma bisa duduk di pinggir tak tersentuh ombak karena harus jagain anak kecil, sekarang bisa lebih bebas main ombak, duduk di pasir, sampai sunbathing (boong deng takut gosong).

Rasanya kayak pikiran menghilang sejenak, walaupun besok back to reality.

foto: Raisan Al Farisi

By the way, ternyata Popi Raisan ketagihan makan ikan laut bakar pakai sambel jahe/sambel kecap. Pas pulang kami mampir lagi di warung makan yang berbeda dengan menu yang sama kayak yang kami makan semalam. Sepertinya rata-rata menu tempat makan di sini mirip-mirip.

Sampai jumpa, Madasari...

foto: Reia Emica

Comments

Popular posts from this blog

Main di Kebun Teh Puncak

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Marhaban Ya Ramadan