Pemandian Air Panas yang Gak Terlalu Panas
Mungkin
pemirsa sudah tahu kalau keluarga saya demen banget menghabiskan akhir pekan ke
pemandian air panas Tirta Sanita Ciseeng, Parung. Begitupun dengan hari ini.
Tapi berbekal info dari Instagram, kita mau menjajal pemandian air panas alami
baru, yang terletak tepat di depan pemandian air panas Tirta Sanita.
Kelihatannya sih tempatnya Instagram-able. Jadi penasaran kan.
Sesampainya
di lokasi, yang berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari rumah, kita langsung
celingak celinguk mencari tempat baru itu.
Ternyata tempat masuknya agak
tersembunyi dan kita mesti nanjak dulu sedikit. Di depan gerbang masuk, kita
diharuskan bayar Rp 10 ribu per orang. Lumayan mahal sih untuk sebuah tempat
baru.
Dan saya terkejut karena tempatnya kecil dan gak tertata dengan baik. Untuk masuk ke kolam pemandian
alaminya, kita harus bayar lagi Rp 5.000 per orang.
Wow, untuk tempat yang
se-biasa ini, kita harus bayar berkali-kali? Kadang ada baiknya juga suatu
tempat dikelola swasta daripada warga. Hm.
Di dalam
lokasi wisata ini memang ada beberapa tukang makanan. Tapi di sini gak ada
rerumputan, saung pun cuma ada satu, dan sempit. Jadi tiket masuk Rp 10 ribu
untuk apa?
Awalnya Bapak dan Mama ragu dan mau pindah aja ke Tirta Sanita di
depannya yang sudah jelas-jelas luas dan banyak pilihan wahana.
Tapi Teteh
meyakinkan kita semua untuk ‘coba aja dulu’. Setelah membayar (lagi) Rp 25 ribu untuk
lima orang (total Rp 75 ribu yang kita habiskan di sini), kita masuk ke dalam
kolam air panas.
Ada beberapa kolam di sini. Pertama kolam kotak yang airnya
lumayan hangat, tapi penuuuh banget. Lalu ada kolam kecil yang berundak dengan
kolam besar, yang airnya sama sekali gak hangat. Huft.
Mama dan
Bapak memutuskan untuk main-main di sebuah kolam alami yang lebih kecil lagi,
yang airnya agak panas. Sedangkan saya, teteh, dan aa ingin berenang di kolam
yang lebih luas, biarin deh gak panas juga.
foto: Muhammad Rizki Farhan |
Dengan
teknik fotografi yang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh fotografer
professional (gaya bet dah), akhirnya kita bisa membuat foto cantik di tempat
ini.
foto: Fidyastria Saspida |
Gak lama
kemudian, hujan deras turun. Sayang banget di sini gak banyak tempat
berteduh. Akhirnya saung yang cuma ada satu-satunya di situ, jadi tempat
berteduh banyak orang. Sambil menunggu reda, kita satu per satu bergantian mandi
dan ganti baju.
Kemudian
saya dibuat terkejut lagi karena kamar mandinya jauh dari kata layak. Kotor,
menjijikan, gak ada air, dan pintunya pakai kain spanduk. Terlalu.
Saya
dan Mama memutuskan untuk ganti baju aja deh jadinya. Bahkan Teteh ganti baju
di sebuah musala butut, yang sangat gak layak dipakai salat. Moga-moga gak
gatel-gatel ya sampai rumah.
Setelah
hujan reda, tempat wisata ini terlihat langsung porak-poranda. Gak ada tempat
kita untuk menikmati suasana. Ujung-ujungnya kita keluar dengan perut yang
laper banget.
Untungnya Mama sudah menyiapkan bekal (yang gak bisa kita buka di
dalam karena gak ada tempat). Lalu kita semua makan di dalam mobil.
Alhamdulillah.
Intinya,
kita jangan tertipu tempat yang bagus di Instagram karena hasilnya bisa jadi
zonk banget. Mudah-mudahan beberapa tahun ke depan, tempat ini bakal jadi bagus
banget dengan pengelolaan yang baik, dari warga maupun swasta.
Kalau tempatnya
bagus, kita gak akan nyesel lho bayar mahal. Sekarang sih masih nyesel. Hihi.
Comments
Post a Comment