Akhirnya, Pangandaran…

foto: Raisan Al Farisi

Karena saya belum pernah ke Pangandaran, Raisan bawel banget pengen ngajak saya main ke sini, bahkan dari zamanan masih pacaran dulu. Dan akhirnya kesampean juga nih.

Gara-garanya doi ngebet mau uji coba pesawat tak berawak alias drone yang baru dibeli di hari ultahnya kemarin.

Kita mulai perjalanan dari Bandung pukul 07.00, melalui jalur Nagreg. Alhamdulillah. Di jalan aman dan lancar. Kita cuma membutuhkan waktu dua jam untuk sampai Kota Tasikmalaya.

Tapi karena perut kita cepet laper, kita memutuskan untuk berhenti dulu. Saya kebelet pengen makan bakso dan doi pengen ngopi item biar gak ngantuk sambil nyetir.

Ternyata perjalanan masih lumayan jauh. Setelah kurang lebih tiga jam melewati Ciamis dan Banjar, kita sampai di Pangandaran pukul 13.00. Di pos masuk, kita dikenai biaya sebesar Rp37.500 untuk satu mobil.

Untungnya Raisan udah booking penginapan via aplikasi, jadi kita gak usah repot-repot cari penginapan lagi deh. Di sini kita nginep di Bamboo House dengan harga kamar Rp230 ribuan. 

Tempatnya standar penginapan biasa, kamar besar, kasur double twin bed, kamar mandi besar, ada TV tabung 14 inch plus layanan TV kabel, dan ada AC, tapi sayang AC-nya gak terlalu dingin. Huhu.

Karena tadi belum makan nasi, kita langsung celingak-celinguk cari tempat makan. Dengan sedikit jalan kaki ke depan, kita nemu Bamboo Café yang letaknya tepat di samping pantai.

CafĂ© ini kebetulan lagi sepi, kita bisa bebas milih tempat duduk yang paling dekat dengan pantai. 

foto: Fira Nursya'bani

Pantainya memang gak sebagus pantai-pantai selatan yang sering kita kunjungi. Tapi lumayan lah ya, bisa main pasir dari ayunan.

Makanan di cafenya juga gak mengecewakan, saya pesen nasi goreng seafood, eh toping udang dan cuminya melimpah banget. Padahal harganya cuma Rp20 ribuan.
 
Setelah istirahat sebentar di penginapan, kita mulai menjajal pantai di sore hari. Karena Pangandaran ini pantai mainstream, pengunjungnya buanyak banget.

Pengunjung harus berhenti main air tepat pukul 17.00, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Saya sih memang gak pengen main air sekarang, menikmati matahari terbenam aja udah syahdu.

Suami mulai beraksi menerbangkan drone yang bunyi dan hentaman udara dari baling-balingnya lumayan bikin orang-orang kaget. Silakan deh ambil gambar sepuasnya sebelum datang hujan rintik-rintik airnya gelombang.

foto: Raisan Al Farisi

Cuaca yang berawan membuat kita kembali gagal mendapatkan momen matahari terbenam. Yaudahlah. Gimana kalau kita cari makan (lagi)?

Berhubung doyan banget sama kerang, kita cari rekomendasi rumah makan kerang di Pangandaran. Voila, ada di Jalan Pantai Timur.
 
Ternyata Jalan Pantai Timur ini memang kawasan kuliner di Pangandaran. Tapi setelah muterin beberapa rumah makan di sini, kok mereka gak nyediain kerang hijau atau kerang dara ya (di sini kita bisa pilih seafood sendiri yang masih segar). Gimana dooong?

Mengingat suami gak suka cumi dan ikan (padahal itu adalah makanan yang penuh dengan kenikmatan haqiqi), saya ngalah. Kita pilih udang saos tiram, tumis kangkung, dan kerang simping, 

Di sini cuma ada kerang simping, katanya. Kita memang gak pernah makan kerang ini, tapi boleh lah nyobain.

Weleh, ternyata porsinya buanyak banget. Padahal kita udah mengurangi timbangan lho pas milih tadi. Dan ajaibnya, semua makanan itu ludes tanpa bekas. Saos tiramnya enyak banget.

Walaupun kangkungnya di cah polos, makannya tetep nikmat karena pake saos tiram dari udang. Kerang simpingnya juga asyik. Alhamdulillah. Gak mengecewakan.

Kayaknya kita gak perlu ke pantai lagi ya, udah malem juga hihi. Yuk ah pulang, salat dan istirahat untuk petualangan besok.

foto: Fira Nursya'bani

Besoknya..
 
Suami udah siap dengan peralatan perangnya. Hari ini rencananya kita mau ke cagar alam yang ada di Pangandaran. Waktu parkir mobil, ada aa-aa yang ngedeketin kita dan nawarin transportasi perahu ke pantai putih yang ada di kawasan cagar alam.

Hmm.. Kalau masuk lewat pintu masuk cagar alam, kita cuma bayar tiket masuk Rp 40 ribu berdua, tapi harus jalan kaki mengitari bukit, bawa drone yang super berat, dan harus digangguin monyet-monyet di sepanjang jalan.

Kalau naik perahu, kita harus bayar Rp 60 ribu bolak balik berdua udah termasuk tiket masuk, bisa menikmati laut, dan langsung sampai pantai.

Okee… akhirnya kita memutuskan untuk naik perahu. Saya pribadi sih seneng banget naik perahu kayu (kayak waktu nyebrang ke Gili Trawangan). Tapi Raisan ini agaknya sedikit ngeri karena dia terus ngebawelin aa nya supaya gak bawa perahu kenceng-kenceng. Hwihihi.

foto: Raisan Al Farisi

Dari sini kita bisa lihat sisi barat dari perahu nelayan besar Viking Lagos asal Nigeria. Btw, sudah setahun terakhir ini Viking Lagos menjadi daya tarik bagi pantai pasir putih pangandaran.

Kapal ini diledakkan oleh bu Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti pada April 2016, karena berani-beraninya nyuri ikan diperairan Indonesia. Pangandaran pula! Ini rumahnya bu Susi lhooo.

foto: Raisan Al Farisi

Sesampainya di pantai pasir putih, kita langsung nyari tempat sepi. Ett, bukan mau berbuat mesum, tapi mau nerbangin drone biar gak ngeganggu pengunjung lainnya, karena ternyata di pantai ini pengunjungnya cukup buanyak. Hanya, pantai ini lebih bagus daripada pantai Pangandaran biasa.

foto: Raisan Al Farisi

Nah kali ini baru saya mau main air. Di kala suami main-main sama drone, saya nyemplung ke air yang beniiing banget. Saking beningnya, ikan-ikan kecil banyak keliatan lagi mondar-mandir.

Beberapa orang memilih untuk main air di dekat Viking Lagos. Kapal ini ternyata berfungsi sebagai pemecah ombak juga nih. Tapi saya memilih agak jauh karena gak mau di tempat yang terlalu ramai.

foto: Raisan Al Farisi

Setelah puas main air di sini, kita minta jemput deh sama aa perahu, untuk kembali ke pantai biasa. See yaa Viking Lagos.. 

Walaupun awalnya kaget lihat Pangandaran, karena penuhnya sama kayak Pelabuhan Ratu, ternyata bisa juga nemuin tempat yang asyik dan menyenangkan di pantai pasir putih. Hihi.

Sebelum pulang, kita punya rencana untuk mengunjungi Rumah Plankton yang ada di Pasar Wisata Pangandaran, tepatnya di blok D no 99.

Di sini ada banyak buku yang bebas kita pilih dan baca. Sejumlah pertemuan komunitas juga biasa diadakan di sini. Seru kan!

Rumah Plankton didirikan oleh Andi Nurroni, kawan Raisan waktu di kantor lama. Andi ingin agar anak-anak Pangandaran banyak membaca dan wawasannya terbuka. Yang main ke Pangandaran, jangan lupa mampir yaa..

foto: Raisan Al Farisi

Comments

Popular posts from this blog

"Karma Dalem Boncel"

Kerajian Tangan Tas Sedotan

KICKFEST 2012