Akhirnya, Pangandaran…
Karena saya
belum pernah ke Pangandaran, Raisan bawel banget pengen ngajak saya main ke
sini, bahkan dari zamanan masih pacaran dulu. Dan akhirnya kesampean juga nih.
Gara-garanya doi ngebet mau uji coba pesawat tak berawak alias drone yang baru dibeli di hari ultahnya kemarin.
Kita mulai
perjalanan dari Bandung pukul 07.00, melalui jalur Nagreg. Alhamdulillah. Di
jalan aman dan lancar. Kita cuma membutuhkan waktu dua jam untuk sampai Kota
Tasikmalaya.
Tapi karena perut kita cepet laper, kita memutuskan untuk berhenti
dulu. Saya kebelet pengen makan bakso dan doi pengen ngopi item biar gak ngantuk sambil nyetir.
Ternyata
perjalanan masih lumayan jauh. Setelah kurang lebih tiga jam melewati Ciamis
dan Banjar, kita sampai di Pangandaran pukul 13.00. Di pos masuk, kita dikenai
biaya sebesar Rp37.500 untuk satu mobil.
Untungnya Raisan udah booking penginapan via aplikasi, jadi kita gak usah repot-repot
cari penginapan lagi deh. Di sini kita nginep di Bamboo House dengan harga
kamar Rp230 ribuan.
Tempatnya standar penginapan biasa, kamar besar, kasur
double twin bed, kamar mandi besar, ada TV tabung 14 inch plus layanan TV
kabel, dan ada AC, tapi sayang AC-nya gak terlalu dingin. Huhu.
Karena
tadi belum makan nasi, kita langsung celingak-celinguk cari tempat makan.
Dengan sedikit jalan kaki ke depan, kita nemu Bamboo Café yang letaknya tepat
di samping pantai.
Café ini kebetulan lagi sepi, kita bisa bebas milih tempat
duduk yang paling dekat dengan pantai.
Pantainya
memang gak sebagus pantai-pantai selatan yang sering kita kunjungi. Tapi
lumayan lah ya, bisa main pasir dari ayunan.
Makanan di cafenya juga gak
mengecewakan, saya pesen nasi goreng seafood, eh toping udang dan cuminya
melimpah banget. Padahal harganya cuma Rp20 ribuan.
Setelah
istirahat sebentar di penginapan, kita mulai menjajal pantai di sore hari. Karena Pangandaran
ini pantai mainstream, pengunjungnya buanyak banget.
Pengunjung harus berhenti main
air tepat pukul 17.00, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Saya
sih memang gak pengen main air sekarang, menikmati matahari terbenam aja udah
syahdu.
Suami
mulai beraksi menerbangkan drone yang bunyi dan hentaman udara dari baling-balingnya
lumayan bikin orang-orang kaget. Silakan deh ambil gambar sepuasnya sebelum datang hujan
rintik-rintik airnya gelombang.
Cuaca yang
berawan membuat kita kembali gagal mendapatkan momen matahari terbenam.
Yaudahlah. Gimana kalau kita cari makan (lagi)?
Berhubung doyan banget sama
kerang, kita cari rekomendasi rumah makan kerang di Pangandaran. Voila, ada di
Jalan Pantai Timur.
Ternyata Jalan Pantai Timur
ini memang kawasan kuliner di Pangandaran. Tapi setelah muterin beberapa rumah
makan di sini, kok mereka gak nyediain kerang hijau atau kerang dara ya (di
sini kita bisa pilih seafood sendiri yang masih segar). Gimana dooong?
Mengingat suami
gak suka cumi dan ikan (padahal itu adalah makanan yang penuh dengan
kenikmatan haqiqi), saya ngalah. Kita pilih udang
saos tiram, tumis kangkung, dan kerang simping,
Di sini cuma ada kerang
simping, katanya. Kita memang gak pernah makan kerang ini, tapi boleh lah
nyobain.
Weleh,
ternyata porsinya buanyak banget. Padahal kita udah mengurangi timbangan lho
pas milih tadi. Dan ajaibnya, semua makanan itu ludes tanpa bekas. Saos
tiramnya enyak banget.
Walaupun kangkungnya di cah polos, makannya tetep nikmat
karena pake saos tiram dari udang. Kerang simpingnya juga asyik. Alhamdulillah. Gak mengecewakan.
Kayaknya
kita gak perlu ke pantai lagi ya, udah malem juga hihi. Yuk ah pulang, salat
dan istirahat untuk petualangan besok.
Besoknya..
Suami udah
siap dengan peralatan perangnya. Hari ini rencananya kita mau ke cagar alam
yang ada di Pangandaran. Waktu parkir mobil, ada aa-aa yang ngedeketin kita dan
nawarin transportasi perahu ke pantai putih yang ada di kawasan cagar alam.
Hmm..
Kalau masuk lewat pintu masuk cagar alam, kita cuma bayar tiket masuk Rp 40 ribu berdua,
tapi harus jalan kaki mengitari bukit, bawa drone yang super berat, dan harus
digangguin monyet-monyet di sepanjang jalan.
Kalau naik perahu, kita harus
bayar Rp 60 ribu bolak balik berdua udah termasuk tiket masuk, bisa menikmati
laut, dan langsung sampai pantai.
Okee…
akhirnya kita memutuskan untuk naik perahu. Saya pribadi sih seneng banget naik
perahu kayu (kayak waktu nyebrang ke Gili Trawangan). Tapi Raisan ini
agaknya sedikit ngeri karena dia terus ngebawelin aa nya supaya gak bawa perahu
kenceng-kenceng. Hwihihi.
Dari sini
kita bisa lihat sisi barat dari perahu nelayan besar Viking Lagos asal Nigeria. Btw,
sudah setahun terakhir ini Viking Lagos menjadi daya tarik bagi pantai pasir
putih pangandaran.
Kapal ini diledakkan oleh bu Menteri Perikanan dan Kelautan
Susi Pudjiastuti pada April 2016, karena berani-beraninya nyuri ikan diperairan
Indonesia. Pangandaran pula! Ini rumahnya bu Susi lhooo.
Sesampainya
di pantai pasir putih, kita langsung nyari tempat sepi. Ett, bukan mau berbuat
mesum, tapi mau nerbangin drone biar gak ngeganggu pengunjung lainnya, karena
ternyata di pantai ini pengunjungnya cukup buanyak. Hanya, pantai ini lebih
bagus daripada pantai Pangandaran biasa.
Nah kali
ini baru saya mau main air. Di kala suami main-main sama drone, saya nyemplung
ke air yang beniiing banget. Saking beningnya, ikan-ikan kecil banyak keliatan
lagi mondar-mandir.
Beberapa orang memilih untuk main air di dekat Viking
Lagos. Kapal ini ternyata berfungsi sebagai pemecah ombak juga nih. Tapi saya
memilih agak jauh karena gak mau di tempat yang terlalu ramai.
Setelah
puas main air di sini, kita minta jemput deh sama aa perahu, untuk kembali ke
pantai biasa. See yaa Viking Lagos..
Walaupun
awalnya kaget lihat Pangandaran, karena penuhnya sama kayak Pelabuhan Ratu,
ternyata bisa juga nemuin tempat yang asyik dan menyenangkan di pantai pasir
putih. Hihi.
Sebelum pulang, kita punya rencana untuk mengunjungi Rumah Plankton yang ada di Pasar Wisata Pangandaran, tepatnya di blok D no 99.
Di sini ada banyak buku yang bebas kita pilih dan baca. Sejumlah pertemuan komunitas juga biasa diadakan di sini. Seru kan!
Rumah Plankton didirikan oleh Andi Nurroni, kawan Raisan waktu di kantor lama. Andi ingin agar anak-anak Pangandaran banyak membaca dan wawasannya terbuka. Yang main ke Pangandaran, jangan lupa mampir yaa..
Comments
Post a Comment