Rainier Si Anak Pantai
foto: Fidyastria Saspida |
Liburan Lebaran ini kita memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke Pantai Pangandaran bersama keluarga Bogor. Ini akan jadi yang pertama untuk Rainier mengunjungi pantai. Besok Rainier tepat berusia 11 bulan. Semoga liburan kali ini bisa jadi hadiah yang menyenangkan untuk Rai.
Pangandaran punya kenangan tersendiri bagi saya dan suami. Pantai ini jadi lokasi terakhir bulan madu kita sebelum saya hamil dan melahirkan Rai.
Untuk liburan kali ini, kita pilih pergi ke Pangandaran sepekan setelah Lebaran. Ekspektasinya sih pengunjung udah berkurang dan jalanan gak terlalu macet. Tapi ternyataaa.... kita menghabiskan waktu hampir seharian di jalan.
Berangkat dari Cileunyi jam 07.00 WIB, kita baru sampai di Sunrise Beach Hotel Pangandaran pukul 17.00 WIB. Meski lama di perjalanan, Rainier sama sekali gak rewel. Tampaknya dia sangat menikmati perjalanan. Saat ngantuk, dia tidur. Saat gak ngantuk dia ngemil, main, pindah-pindah tempat duduk dari tengah ke belakang ke depan. Happy banget.
Sesampainya di Pangandaran, Rai agak kaget karena kamar hotelnya pas banget menghadap ke laut. Gak hanya lihat hamparan air yang luas, Rai juga terkesima dengan perahu-perahu yang berkelap-kelip nun jauh di laut sana.
Suasana seperti ini selalu syahdu. Rai pasti juga ngerasa gitu.
Setelah semuanya bersih-bersih dan salat, kita ke luar cari makan malam. Kebetulan di Pangandaran ini banyak restoran seafood yang enak. Di salah satu restoran, kita pesan kerang simping, ikan laut, cumi, dan kelapa muda.
Tadinya malam ini kita mau belanja-belanja dan naik becak kelap-kelip, tapi karena Rai kelihatannya udah ngantuk, kita memutuskan untuk kembali ke hotel. Malam kemudian dihabiskan di depan kamar sambil menikmati angin malam pantai timur Pangandaran.
foto: Raisan Al Farisi |
Esoknya, sebelum ke pantai untuk menikmati air, kita foto-foto dulu di hotel. Kebetulan hotel yang kita pilih ini arsitekturnya keren banget. Gaya-gaya jawa gitu. Padahal dari depan bentuknya biasa aja.
Meski kamarnya banyak, hotel ini cukup bersih. Ada lorong-lorong yang terbuka, hanya beratapkan genteng. Juga ada kamar privat dengan kolam renang sendiri. Tapi untuk yang pesan kamar biasa, ada kolam renang juga kok di bagian depannya.
Kita kemudian pergi ke pantai barat Pangandaran. Di sini udah banyak banget mobil-mobil yang parkir. Pengunjung pantainya pun banyak banget. Kita bisa sewa tikar Rp25 ribu untuk duduk-duduk di pantai. Tapi agak bingung juga sih mau duduk di mana, selain banyak orang, di sini juga banyak sampah.
Semua orang mulai menikmati laut (termasuk Rai). Cuma, Rai memang gak dilepas untuk berenang. Ombaknya cukup besar. Lagi pula di sini sangat banyak orang dan panas matahari juga amat menyengat. Saya agak takut Rai gak nyaman.
foto: Raisan Al Farisi |
foto: Raisan Al Farisi |
foto: Sarah Munifah |
foto: Raisan Al Farisi |
Saya pikir Rai bisa main-main pasir aja di pinggiran. Lalu saya mulai ngambilin sampah yang ada di sekitar tikar yang kami sewa. Ternyata sampahnya cukup banyak, sampai satu kantong plastik besar. Gilak. Kok mereka betah bersantai di tengah lautan sampah kayak gini.
PR banget buat orang Indonesia.
Akhirnya Rai gak jadi main pasir karena kondisi pasirnya yang kotor. Inilah alasan kenapa saya lebih senang pergi ke pantai yang terpencil. Meskipun jalannya susah, tapi biasanya pantainya masih asri dan bebas sampah.
Mungkin di lain waktu Rai bisa main pasir di pantai yang bersih ya.
foto: Raisan Al Farisi |
Setelah puas bermain-main, kita balik kanan untuk bersiap pulang ke hotel. Di perjalanan kita menyempatkan diri untuk belanja oleh-oleh di toko-toko pinggir jalan. Sebagai seorang cucu, Rai paling banyak dibeliin baju pantai sama Engkong, Nenek, dan Uwanya. Alhamdulillah ya.
Karena waktu masih cukup panjang, akhirnya kita main-main lagi di hotel. Suami bahkan sempet menjajal kolam renangnya. Kalau nginep tanpa berenang rasanya kurang afdol ya. Rai pun gak mau kalah. Dengan kacamata hitam dan topi pantai, Rai ikut bersantai di pinggir kolam. (Pengennya sih nyebur, tapi kolamnya penuh kaporit hihi).
Sekitar pukul 13.00 WIB, kita memutuskan untuk pulang. Untuk menghindari macet, kita memilih jalan pulang dengan menyusuri jalur pantai selatan. Jalur ini cukup sepi, tapi pemandangannya indah.
Kita sempet berhenti untuk makan siang tepi pantai di Garut (lupa nama pantainya apa). Di sini pantainya sepii banget. Pasirnya hitam dan banyak eceng gondok. Sambil menunggu makanan, Rai foto-foto dulu di sini.
foto: Raisan Al Farisi |
Perjalanan kemudian diteruskan. Panjang dan berliku. Ternyata kita harus membelah dua gunung di Garut, yaitu Gunung Cikuray dan Gunung Guntur.
Di suatu tempat, entah di mana, kabut turun pekat banget. Rasanya mencekam mirip di film-film horor. Untuk pertama kalinya saya berada dalam kondisi kabut parah kayak gini.
Untungnya saat itu jalanannya gak terlalu sepi. Ada beberapa mobil dan motor di depan dan belakang kita. Saat itu saya bener-bener was was, takut suami yang nyetir mobil gak bisa melihat jalan dengan baik. Ngeri banget sih, jujur aja. Tapi alhamdulillah kondisi kabut parah itu cuma berlangsung sekitar 15 menit.
Kita sampai di rumah sekitar jam 21.00 WIB. Rai yang lelah, sudah tidur di mobil, dan melanjutkan tidurnya di kasur. Senangnya hari ini. Meski Rai gak menyentuh pantai, tapi dia sangat menikmati momen syahdu pantai.
See you in another beach ya, Rai.
Comments
Post a Comment