Ibu Suri In Memoriam: Hari-hari Terakhir -1
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا
2018
Mei 2018 Mama sempat pergi umrah bareng Bapak. Waktu Mama umrah, saya sedang mengandung Rainier. Karena rindu, saya menangis tiap malam.
Mama umrah 2018. (foto: Bapak) |
Kali ini juga saya selalu nangisin Mama. Bedanya, Mama dulu kembali ke rumah dari Saudi setelah 9 hari, sedangkan sekarang Mama gak akan kembali.
Di 2018, kehidupan Mama disibukkan dengan mengurus cucu. Dan di penghujung 2018, Mama mengantar cucunya untuk pindah rumah ke Bandung.
Saat pindahan, Mama tinggal di rumah selama beberapa hari. Kami sekeluarga menyempatkan diri ngajak Mama jalan-jalan ke Ciater, nyewa villa, dan berendam air panas. Ini jalan-jalan jauh pertama Mama bersama cucunya.
Ciater 2018. (foto: Raisan Al Farisi) |
2019
Pertengahan 2019, kami sempat ngajak Mama jalan-jalan ke Pangandaran. Mama sudah lama bilang pengen ke Pangandaran. Selama ini kalau ke pantai kami seringnya ke Palabuan Ratu karena deket dari rumah.
Walaupun gak berenang, Mama cukup senang bisa makan seafood, santai-santai di pinggir laut, dan belanja.
Pangandaran 2019. (foto: Raisan Al Farisi) |
Keinginan Mama lainnya adalah ngajak cucunya main ke playground di Lippo Mall Bogor. Katanya, Mama banyak dengar cerita dari teman-temannya yang sering main bersama para cucu mereka di playground ini.
Sebenarnya ada satu lagi keinginan Mama yang belum kesampaian, ngajak Rainier naik delman di Istana Bogor. Mungkin setelah pandemi, saya akan mewujudkannya.
Mandi bola Lippo Mall 2018. (foto: Raisan Al Farisi) |
Akhir 2019, kami memutuskan untuk napak tilas ke Cirebon. Dulu Mama pernah tinggal di sini, di rumah dinas Bapak Ageung (kakek).
Kami ngajak Mama untuk lihat rumah itu lagi. Letaknya di Jalan Samadikun. Waktu itu saya dan teteh linglung karena kami gak benar-benar hafal tempat itu. Tapi Mama dengan cepat langsung mengenali rumah yang dimaksud. Sayang kami tak sempat berfoto karena hujan.
Selama di Cirebon, kami ikut ke semua tempat yang Mama mau datangi, misalnya ke Pasar Kanoman, ke Goa Sunyaragi, sampai ke kolam ikan Cibulan di Kuningan.
Pasar Kanoman Cirebon 2019. (foto: Fidyastria Saspida) |
Kami bahagia karena bisa ngajak Mama bernostalgia dengan masa mudanya di Cirebon, untuk terakhir kalinya.
2020
Sayang, Lebaran 2020 saya gak bisa bawa Rainier pulang ke Bogor karena ada larangan mudik. Harusnya tahun ini giliran berlebaran di sana. Sedih pasti. Sekarang lebih sedih lagi karena di tahun ini ternyata jadi Ramadan dan Lebaran terakhir Mama.
Lebaran 2020. (foto: Muhamad Rizki Farhan) |
Juli, Emica lahir. Mama sama Bapak langsung ke Bandung 4 hari meski di Jabodetabek masih PSBB.
Agustus, Mama ke Bandung lagi. Kali ini ditemani Teteh, sekitar semingguan. Setelah itu Mama dan Teteh pulang ke Bogor.
Karena sekolah masih belum masuk, Mama akhirnya ikut ke rumah Teteh di Parung Panjang, sekitar dua mingguan. Selain ngajar daring, di Parung Panjang Mama ngabisin waktu dengan mewarnai. Jadi teteh punya coloring card dan spidol, semuanya diwarnai sama Mama. Setiap video call, pasti di sana Mama lagi mewarnai.
Parung Panjang 2020. (foto: Fidyastria Saspida) |
September, karena saya akan ikut UKW sampai malam, saya minta Mama untuk ke Bandung lagi buat bantu jagain anak-anak. Mama di rumah sampai sebulan.
Mama tidur di kamar belakang (sebenarnya gak belakang banget sih, masih deket ruang tamu). Di kamar ini kasurnya single tapi besar, jadi cocok untuk Mama tidur sendiri.
Macam-macam hal Mama lakuin selama di Bandung. Pernah kami ke Nagreg cuma buat makan malam. Kami tahu Mama senang makan di luar, jadi diajaklah ke tempat makan yang luas dan gak terlalu penuh.
Nagreg 2020. (foto: Raisan Al Farisi) |
Kami juga pernah makan ramen di dekat rumah. Karena ramennya enak, Mama minta makan di sana lagi sebelum balik ke Bogor.
Gak cuma kedai ramen yang didatengin lebih dari sekali, Borma juga. Mama seneng banget belanja ke Borma. Tujuannya sebenarnya cuma mau beli toples, tapi akhirnya jadi belanja banyak, katanya buat oleh-oleh ke Bogor.
Ada satu hal yang lucu, waktu itu ceritanya Mama minta dianterin Raisan beli antingnya Emica ke toko emas. Tapi karena Raisan mau liputan, akhirnya Mama dan Teteh sesudah belanja dibawa dulu liputan ke Bandara Husein Sastranegara. Kapan lagi dong diajak liputan sama menantu.
Selain beli anting di toko emas yang ada di Jalan Otista, Mama juga beliin Emica gelang. Harganya gak main-main, sampai bingung kenapa Mama tiba-tiba ngebeliin emas mahal banget. Mungkin ini firasat juga.
Keberadaan Mama di rumah ngebantu saya banget yang sudah mulai kembali kerja setelah selesai cuti panjang. Biasanya pagi-pagi saya harus ribet masak dan mandiin anak. Setelah ada Mama, saya gak perlu repot-repot.
Mama memang selalu masak sendiri dalam berbagai kesempatan, misalnya waktu acara lamaran saya-Raisan, dan waktu aqiqah Rainier di Bogor.
Gak hanya mikirin masak, di Bandung Mama juga selalu gendong Emica kalau ibu pengasuh lagi riweuh sama Rainier. Dari zaman Rainier kecil, Mama selalu mengambil alih kalau cucunya nangis. Dan entah kenapa, Rainier dan Emica pasti anteng tidur setiap digendong neneknya.
Mungkin empuk, macam springbed.
Akhir September, sebagai ungkapan terima kasih karena sudah jagain Rainier dan Emica selama sebulan, saya dan Raisan anter Mama dan Teteh pulang ke Bogor.
Masa-masa ini memang aneh, Mama sempat tinggal di rumah Teteh dua minggu dan di rumah saya satu bulan. Hal yang sebenarnya sulit terjadi. Allah Maha Baik, Mama dibiarkan 'kenyang' dulu bersama anak-anaknya sebelum berpulang. Masyaallah.
Sekenyang itu Mama jalan-jalan.
Dan ternyata saat itu saya benar-benar mengantar Mama untuk 'pulang'.
Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha. Teriring do'a ya Ade. Turut berduka yang mendalam.
ReplyDeleteBelum sempat ketemu,mah. Semoga kita dapat berjumpa di Jannatul Firdaus, aamiin, aamiin ya rabbal alamin.
ReplyDelete