Pengalaman Pakai Behel (II)
Memang, menjalani hidup dengan pakai behel selama 2,5 tahun ini sama sekali gak mudah.
foto: Fira Nursyabani |
Semua berawal dari komentar orang terdekat beberapa tahun lalu yang bilang "ternyata gigi Fira jelek ya, kirain rapi." Sejak itu muncul keinginan untuk pakai gigi kawat. Tapi lagi-lagi diolok, buat apa, mahal, sakit.
Lalu suatu hari di penghujung 2021, saya minta saran ke suami untuk pakai behel. Ternyata dapat respons positif yang bikin saya ngerasa, wah ternyata selain ada yang mengolok, di dunia ini juga ada orang yang mendukung.
Baca cerita awal pake behel di (SINI).
Rasanya gimana pakai behel? Gak nyaman. Setiap habis kontrol, pasti sakit nyut-nyutan sampai gak bisa makan sekitar tiga harian. Apalagi kalau giginya ditarik pake karet khusus.
Selalu ada makanan yang nempel di bracket, yang bahkan pake sikat gigi pun kadang gak bisa dibersihin. Setiap makan di luar pasti menghindari daging sapi dan semacamnya karena suka nyelip di gigi. Gak jarang juga bracket lepas kalau lagi makan makanan keras (dan harus mengeluarkan extra-money untuk masangnya lagi).
Selama kontrol, entah udah berapa kali, selalu aja ada tetek bengek lain di luar ganti karet, yang harus dilakuin dan pastinya menguras kantong, kayak tambal gigi bolong, tambah bracket baru, dan bahkan cabut gigi.
Tapi dalam kasus gigi saya, cabut gigi ini bener-bener jadi faktor penting keberhasilan pakai behel. Setelah empat gigi geraham depan dicabut, lalu semua gigi ditarik sampai rapet, saya baru menyadari kalau gigi saya dulu memang benar-benar jelek.
And after all this pain, sekarang saya bisa lebih leluasa nyengir tanpa perlu insekyur.
Baca cerita cabut gigi di (SINI)
Di tahun pertama pakai behel, gigi-gigi saya mulai bergerak dan tersusun rapi, gak ada yang saling tumpuk. Tapi ternyata karena gigi-gigi yang besar ini membutuhkan ruang, mereka jadi semakin maju ke depan (yaiyalah masa maju ke belakang).
Di tengah-tengah perjalanan ini sempet mikir, kok orang lain keliatannya bagus pake behel, tapi kenapa gigi saya malah makin tonggos. *menangis di bawah shower
Sebenernya sempat mau nyerah dan mau cabut behel aja karena udah jengah dengan rasa gak nyaman dan pengeluaran yang gak sedikit.
Untungnya dokter gigi saya meyakini kalau bentuk gigi ini masih bisa diperbaiki. Dan benar aja, setelah beberapa bulan merasakan sakit luar biasa karena gigi ditarik ke belakang selepas cabut geraham, gigi saya sudah mulai mundur.
Kira-kira sekarang begini kalau nyengir:
foto: Fira Nursyabani |
Sebelumnya kayak gini:
foto: Fira Nursyabani |
Akhirnya tepat 2 tahun 5 bulan, bentuk gigi saya sudah approved by dentist dan saya resmi lepas behel. Agak gak nyangka sih bisa kuat menghadapi hari-hari berbehel.
Setelah cabut gigi kawat, rasanya masih kayak aneh, kayak ada yang hilang di mulut. Tapi selama enam bulan ke depan, saya masih harus pake retainer seharian karena masih ada kemungkinan gigi-gigi ini bergerak ke awal.
Terima kasih buat drg Lyvia yang super baik dan ramah karena udah merawat gigi saya dari bentuknya aneh sampe bagus. Terima kasih juga buat suami saya Bapak Raisan yang walaupun selama ini saya bayar kontrol gigi pake uang sendiri, tapi kalau saya minta tolong tambahin gak pernah protes.
foto: Raisan Al Farisi |
Keputusan pakai behel jadi keputusan terbaik dalam hidup saya. Dan yang terpenting ada orang terdekat yang mendukung.
Comments
Post a Comment