Sawarna & Legon Pari, Surga Tersembunyi di Banten
Kali ini
saya dan teman-teman punya tujuan baru yang katanya sih tempat paling indah di wilayahnya orang Sunda, yaitu Pantai Sawarna di Banten. Setelah mengunjungi Ujung Genteng
dan Cimaja, memang saya agak penasaran sih sama Sawarna.
Rute yang kita lalui masih sama: Jakarta - Bogor - Sukabumi. Tapi
sebelum masuk ke Kota Sukabumi, kita punya jalan
pintas menuju pantai, yaitu Cikidang. Waktu ke
Cimaja dulu kita pulang lewat jalan sini dan berhasil menghemat waktu banyak.
Pantai Cikembang (foto: Raisan Al Farisi) |
Meski sempat salah jalan ke jalan yang rusak
dan berbatu, tengah hari kita sampai juga di pinggir laut. Lalu kita istirahat, ngaso, dan minum air kelapa di
dekat Pantai Cikembang.
Pemandangan pantai dari atas baguuuus banget. Pantai
Cikembang ini pasirnya putih kayak Ujung Genteng dan banyak perahu serta
tambak-tambak ikan. Sepertinya pantai ini airnya agak dalam ya.
Cukup istirahatnya, kita harus sampai tujuan
sebelum matahari terbenam. Perjalanan ke Pantai Sawarna dari sini menghabiskan
waktu sekitar satu jam. Dari gang masuk, kita harus melewati jalan ups and
downs sepanjang 13 km.
Sesampainya di sana, kita langsung ditawari
penginapan sama penduduk setempat. Gak kayak pantai-pantai lain yang pernah
kita kunjungi, Sawarna ini pengelolaannya bagus.
Mulai dari tiket masuk, sampai
guide. Gak masalah sih bayar, toh ternyata pantainya gak mengecewakan.
foto: Raisan Al Farisi |
Kita istirahat sampai jam 15.00 sore dan terus menyusuri bibir pantai sampai ke Pantai Tanjung Layar. Di Tanjung Layar kita bisa lihat dua
bongkah batu besar yang megah menjulang gak jauh dari tepian, namanya Batu Dua.
Tampaknya batu ini
yang jadi ikon terkenal Pantai Sawarna, macam Menara Eiffel di Paris gitu deh.
Senja menunggu kita di Pantai Sawarna. Gak
seperti Tanjung Layar yang penuh dengan karang yang menyakitkan kaki, di bagian
barat Pantai Sawarna pasirnya lebih lembut seperti bayi.
Walaupun matahari
setia diam di balik awan, cahayanya masih memancarkan semburat kemerahan di
langit Banten. Inilah masa-masa paling syahdu setiap kita ke pantai,
senja.
Lalu kita memuas-muaskan diri main ombak dan foto-foto sebelum
matahari terlelap. Jam 18.00 sore kita kembali ke
penginapan untuk mandi dan istirahat, gak
sabar banget pengen menjelajah Sawarna esok hari.
Esoknya..
Sambil terkantuk-kantuk dan mata sembab, kita memaksakan diri pergi ke Pantai Legon Pari demi melihat matahari terbitnya yang katanya keren banget.
Dianter abang-abang pemandu, perjalanan dari Sawarna
ke Legon Pari cuma menghabiskan waktu sekitar 15 menit.
Sebenernya
sih jarak dua pantai ini bisa ditempuh dalam waktu lima menit aja, tapi akses
jalannya saudara-saudaraa, berbatu dan kecil banget. Kayaknya jalan setapak ini
bisa bikin motor jadi cepet rusak, cuma kalau jalan kaki pun gak nyaman, apalagi kita harus lewatin jembatan goyang.
Sayang
banget, untuk pantai seindah Legon Pari, pengunjung harus disuguhi jalan yang
kayak gini :(
foto: Raisan Al Farisi |
Setelah melewati jalanan berbatu, kita masih
harus lewat jalan tanah yang penuh dengan dedaunan basah. Tiba-tiba “gubrakkk…”
motor
yang saya naiki jatuh tergelincir di akar
pohon. Baju saya penuh dengan noda tanah.
Yaampun, segininya
perjuangan mau liat yang indah-indah. Huhu.
Sakit kaki
pas jatuh langsung hilang tatkala kita melihat keindahan Pantai Legon Pari. Siapa sangka, dibalik jalan yang
butut, ada surga tersembunyi.
Keindahan di sini gak kalah sama Pantai Tanjung
Layar sore kemarin. Kita jadi saksi munculnya matahari
di balik bukit, indah tenaaan…
foto: Raisan Al Farisi |
Puas menghabiskan waktu di sini, kita move on
ke Pantai Karang Taraje di sebelahnya.
Di pantai ini banyak karang-karang besar yang bagus jadi spot foto-foto.
Karang-karang ini
dihantam langsung oleh ombak super besar ala pantai selatan. Asli! Di sini
keren banget karena kita bisa foto bareng ombak besar.
Cuma, kita emang harus
naikin taraje (tangga) untuk mencapai karang yang tinggi, itulah kenapa
tempat ini dinamai Pantai Karang Taraje.
foto: Raisan Al Farisi |
Perjalanan belum selesai. Di Legon Pari ada
juga pantai yang gak ada karangnya, penuh dengan hamparan pasir putih mirip Pantai Ujung Genteng.
Kebayang dong girangnya saya waktu liat
pantai ini.
Niat hati ingin main air, apa daya matahari panass banget.
Bukan takut hitam, saya cuma takut tambah eksotis aja
~
foto: Raisan Al Farisi |
foto: Raisan Al Farisi |
Hari sudah mulai siang, sebelum pulang ke
Jakarta, kita mau sekali lagi mampir ke Pantai Tanjung Karang untuk mengucapkan
perpisahan. Batu dua itu gak bosen dilihat.
Bahagiaaa banget, rasanya mau diem
di sini seminggu, karena dua hari itu kurang banget. Plis. See yaa, Sawarnaa..
Comments
Post a Comment