Selamat Sekolah, Emica!
![]() |
| foto: Raisan Al Farisi |
Emica. Anak. Bungsuku. Sudah. Sekolah.
Akhirnya, untuk pertama kalinya ninggalin Mica sendirian di luar rumah, tanpa Popi, Momi, teteh, dan pengasuhnya. Rasanya? Takjub!
Mengingat betapa teguhnya pendirian Mica untuk gak sekolah waktu umur 4 tahun, dan melihat sekarang hatinya sudah luluh untuk melangkahkan kaki mungilnya ke dunia luar sendirian, rasanya kayak campur aduk di dada. Buat Mica yang mungkin gak suka dengan dunia baru, mau mencoba sekolah adalah sebuah prestasi.
Mica jadi tau kalau di luar ada banyak hal yang belum dia eksplor, ada banyak orang yang belum dia temui, dan ada banyak tempat yang belum dia datangi. Untuk mencapai itu, ada keberanian yang harus keluar dari hati kecilnya.
Suatu hari di usia 4 tahun, Mica akhirnya mengiyakan untuk sekolah setelah ratusan kali diberi pengertian. Awalnya, tentu saja menolak. Bahkan sampai menangis. Mungkin di pikirannya, dunia luar itu sebegitu menakutkan (kalau udah dewasa sih iya).
Sebagai persiapan, saya sudah mulai mengajari Mica alfabet, angka, dan juga huruf hijaiyah. Proses calistung dan mengaji tetap digalakkan di rumah karena kurikulum TK yang lebih banyak mengajarkan anak dengan cara bermain, padahal di SD sudah dituntut untuk bisa membaca.
Sebelum masuk sekolah, Mica terlebih dahulu ikut psikotest dan sempat agak mau nangis pas dipisahin dari orang tuanya. Tapi ya, alhamdulillah aman damai. Menurut hasil tes, Mica memang agak kesulitan dari segi sosial, jadi direkomendasikan untuk masuk kelas A. Tapi karena tahun ini sudah 5 tahun, saya secara khusus minta Mica masuk kelas B, jaga-jaga kalau hanya satu tahun saja di TK.
![]() |
| foto dok. sekolah |
Di hari pertama sekolah, sesuai perkiraan, Mica cukup susah beradaptasi dan nempel terus ke Mominya sampai saya harus diam-diam keluar saat dia lagi asyik main. Untung anaknya strong, gak nangis, dan tahan sampai pulang sekolah.
Di masa MPLS, Mica masih terlihat sangat cuek. Apapun yang dilakukan bersama guru dan teman, dia tampak gak peduli. Ditanya di rumah pun, selalu jawab gak ada temen, gak tau ngapain 😅
![]() |
| foto dok. sekolah |
Tapi setelah sekolah berjalan normal, Mica mulai berani cerita tentang apa yang dilakuin di kelas, nyanyiin lagu yang dinyanyiin di sekolah, sampe ngenalin semua temen-temen perempuannya. Alhamdulillah.
Tapi ada satu hal lagi yang lumayan bikin bingung: bekal sekolah. Karena sekolah sampai 12.30, Mica harus bawa dua bekal, satu snack dan satu nasi. Dan karena dia gak makan nasi, saya harus puter otak untuk bikin menu bekal makan siang yang berbeda dari tetehnya.
Dengan adanya dua anak yang sedang menuntut ilmu di luar masing-masing sekarang, saya sebagai ibu hanya bisa menguatkan doa agar keduanya dimudahkan segala urusan, dilindungi dari marabahaya, dan menjadi anak yang saleha juga baik sebaik-baiknya manusia.



Comments
Post a Comment