Hijab: Identitas Muslimah
Saat ini saya sudah memutuskan untuk memakai kerudung secara permanen. Telah berjalan hampir tiga tahun lamanya. Saya tahu mungkin belum terlambat jika saya ingin selalu memperbaiki diri, terus dan terus. Kesulitan yang saya hadapi tidak hanya karena saya harus berpakaian berbeda, pakaian yang harus menutup lengan, kaki dan bagian kepala saya, yang biasanya tidak sering ditutupi. Lalu saya harus banyak memboyong kerudung-kerudung tak terpakai milik ibu saya. Lalu saya harus membeli baju-baju panjang dan longgar. Atau ketika saya -yang sedari jaman sekolah dulu hanya terbiasa dengan kerudung langsung pakai (bukan kerudung yang harus dibentuk dan ditusuk-tusuk oleh jarum), merasa kesulitan untuk memakai kerudung yang baik dan benar dan tentunya membutuhkan waktu lama. Bukan hal itu. Hal tersulit yang saya rasakan setelah saya memakai kerudung adalah merubah image. Mungkin ini teguran Allah karena saya belum benar-benar melaksanakan bagaimana cara berkerudung yang baik, namun saya yakin semuanya butuh proses, proses belajar. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti jadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa. Allah selalu bersama orang-orang yang ingin berubah kearah yang lebih baik.
Saya kira semua perempuan muslimah memiliki pemikiran yang sama tentang berkerudung: wajib. Seperti Firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 31:
"katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka atau wanita-wanita islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan, janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Pernah suatu hari saya bertanya pada seorang teman KKN saya, Aini, seseorang yang amat sangat menjaga auratnya. "Bagaimana dengan perempuan yang berniat memakai kerudung hanya karena model kerudung jaman sekarang yang modern dan aneh?" Dan teman saya tersebut memberikan pendapatnya, "Bahkan Allah SWT pun memiliki cara yang lain untuk menarik perempuan-perempuan untuk berkerudung, yaitu dengan model-model berkerudung yang modern tersebut. Selanjutnya mereka (para perempuan-perempuan itu) akan merasakan nikmatnya berkerudung, lalu mencari jati dirinya sendiri, lalu akan menyadari bagaimana cara berkerudung yang baik" pemikirannya membuat saya terkesan. Mengingatkan saya pada perkataan dosen Discourse Analysis saya, Pak Iwa: "Berbaik sangka-lah kepada Allah..."
Image kurang baik dari seorang muslimah yang berkerudung (yang masih melekat atau masih dilakukan) apakah menjadi bumerang bagi muslimah itu sendiri? Karena melalui jejaring sosial saya pernah melihat beberapa teman perempuan saya, mereka muslim namun tidak berkerudung, berkomentar tentang perempuan berkerudung. Ada yang terlihat seperti pencitraan, merendahkan yang berkerudung untuk memberitahu orang lain bahwa ia masih beriman -atau bahkan lebih beriman dari perempuan berkerudung, walaupun ia tidak memakai kerudung. Atau ada yang terlihat seperti sedang ada masalah dengan seseorang yang berkerudung, dengan menghina (semua) perempuan berkerudung. Saya merasa sedih namun saya enggan berkomentar. Hingga suatu saat saya melihat ada seorang perempuan, berteman dengan saya di jejaring sosial namun saya tidak mengenalnya, menulis status mengenai perempuan berkerudung dan sempat saya print screen+edit (lihat gambar).
Mungkin perempuan tersebut sedang kesal, jengkel, marah dengan seorang perempuan berkerudung. Tapi harus kah ia menyoroti hal yang amat sakral karena merupakan identitas sebuah agama? Agama Allah, agama Islam, yang mungkin juga agamanya. Mengingat Firman Allah surat Al-Hujurat ayat 11:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim."
Semoga Allah membuka hati siapapun yang melenceng dari perintah-Nya, saya dan kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin.
pic: personal doc
pic: personal doc
selalu ada godaan bagi mereka yang sanggup, orang berjilbab mengemban beban lebih berat dari yg tidak karna mereka melampirkan identitas agama dalam penampilannya. point utama permasalahan terletak pada mereka yang nyinyir pada orang lain tanpa mengoreksi diri sendiri. setuju sama kamu. edan bahasanya bapak"banget --"
ReplyDeleteSubhanallah sekali kata-kata anda sodari Pipin (y) *masih pake bahasa bapak-bapak* XD
Delete