Surga Peselancar di Cimaja

foto: Raisan Al Farisi
Beberapa tahun kemarin, Palabuan Ratu di Sukabumi jadi pantai yang paling sering saya kunjungi. Pantai ini jadi favorit karena letaknya yang dekat dengan Bogor.

Tapi siapa sangka, main jauhan dikit dari Palabuhan Ratu, saya bisa mengunjungi pantai yang keren: Cimaja. Pantai ini konon merupakan salah satu pantai terbaik untuk berselancar, atau istilah kerennya, surfing. Secara, ombak pantai selatan itu aduhai banget ya.

Akses ke Cimaja cukup bagus, kita tinggal menyusuri jalan Raya Cisolok-Palabuan Ratu. Hanya, kalau pantai-pantai lain bisa kita lihat langsung dari jalan, Cimaja ini tersembunyi.

Saya agak bingung dan gak percaya juga karena Cimaja berada di dalam gang kecil yang udah berapa kali saya lewatin pas lagi nyari. Papan namanya pun kehalangan dahan pohon.

Tapi jangan salah, yang berharga itu selalu gak kelihatan. Seperti pantai yang digandrungi bule bule ini. Yap, dengan membayar uang masuk Rp 5.000 (itu juga kalau ada penjaganya), saya sudah menikmati pemandangan bule berselancar, eh pemandangan ombak indah penuh dengan peselancar.

Bibir pantai Cimaja dipenuhi dengan batu-batu kecil, bukan pasir. Pantai ini seolah didesain khusus untuk berselancar, bukan untuk mandi-mandi cantik ala-ala. Gak ngerti sih batu itu ada dari sananya, atau sengaja disimpan untuk menangkal deburan ombak.

Hari pertama datang ke Sukabumi saya jadikan ajang pencarian yang berakhir dengan kekaguman. Cimaja sore hari ini mendung, meski demikian masih banyak peselancar-peselancar yang kelihatannya sedang berlatih.

Esoknya, pagi-pagi buta saya sengaja ingin main ke pantai Samudera, yang terletak gak jauh dari Cimaja. Menurut sumber yang saya dapat kemarin, di pantai ini banyak juga yang latihan berselancar. Penasaran banget kan.

Nah, kalau Cimaja penuh dengan bule-bule, Samudera jadi primadona peselancar-peselancar muda lokal. Meski ombaknya sama-sama dahsyat, bibir pantai Samudera gak ada bebatuan, semua pasir.

Ada sekitar belasan surfer muda menjajal kemampuannya di sini. Sebagian berhasil menaklukkan ombak, sebagian lagi kandas di tengah.

Mus, si peselancar muda. (foto: Raisan Al Farisi)
Seru banget lihat mereka yang pagi-pagi sudah meluapkan semangat di atas permukaan laut. Lalu ada Mustofa (16) yang akrab disapa Mus, yang mengaku sudah belajar berselancar sejak kecil.

Kulit hitam terbakar matahari sama sekali bukan penghalang buat Mus untuk jadi peselancar profesional. Yap, cita-cita Mus ingin mengharumkan Indonesia di dunia selancar. Keren banget gak tuh.

Mus juga mengaku sangat mengidolakan Dede Suryana, pemuda asli Sukabumi yang kini telah menjadi atlet selancar dunia.

Waaah, siapa sangka ombak besar pantai selatan bisa menelurkan anak muda berprestasi. Bakal keren banget kalau sampai ketemu Kang Dede ini ya.

Setelah puas melihat dedek-dedek keren yang lagi latihan selancar, saya berpindah tempat ke Cimaja lagi. Kali ini sudah agak siang, semoga lebih banyak peselancar (bule) yang selancaran. Yippi!

Tuh bener kan, banyak bule-bule yang bersiap nelem sambil bawa-bawa papan selancar. Sesaat kemudian, ada satu sosok yang dibicarakan Mus tadi, Dede Suryana!

Kang Dede ini denger-denger sering tinggal di Bali dan hanya sesekali berkunjung ke tanah kelahirannya, Sukabumi. Jadi, ketemu Kang Dede di Cimaja ini adalah suatu anugerah kebetulan.

Jadi saya bisa langsung ngeliat Kang Dede surfing dong, penasaran juga kayak gimana sih gaya selancar atlet dunia ini.

Oh ya, Kang Dede ini digadang-gadang sebagai peselancar terbaik di Indonesia loh. Ia sudah melalui banyak kejuaraan selancar, di Amerika Serikat, di Australia, di Jepang. Dan tentunya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

Tapi ada satu hal yang bikin saya lebih kagum, Kang Dede ini orangnya rendah hati dan ramah bangeet. Cimaja bangga punya Kang Dede!

Kang Dede mungkin sudah hafal betul karakter ombak di tempat ia pertama kali belajar selancar ini. Gaya selancarnya unik, meliuk-liuk sampai gulungan ombak benar-benar habis.

Dia gak ragu lagi melayang di udara dengan papan selancar. Kereeen abis. Dari kejauhan pun saya bisa membandingkan mana Kang Dede dan mana peselancar lain. Hm. Atlet dunia memang beda.

Dede Suryana di atas papan selancar. (foto: Raisan Al Farisi)

Untuk kamu yang mau selancaran, mungkin tempat ini cocok buat belajar. Kalau takut jiper latihan di Cimaja karena penuh dengan peselancar kawakan, kamu bisa latihan di Pantai Samudera bersama Mus. 

Yeay, doakan juga semoga Mus bisa menjadi atlet keren seperti Kang Dede ya!


Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

"Karma Dalem Boncel"

KICKFEST 2012