Pantai Batukaras Madasari

foto: Fidyastria Saspida

Gak ada angin, gak ada hujan, tiba-tiba aja Popi Raisan ngajakin ke pantai Batukaras. Doi bahkan sampai booking dan bayarin penginapan, plus bikin itinerary.

Popi juga jadi cowok satu-satunya di antara lima cewek (kami ngajak uwa dan ateunya anak-anak), yang bertugas ngejagain sekaligus nyetirin Bandung-Pangandaran-Bandung. Trims Popii...

Kami berangkat dari Bandung ke Pangandaran via Banjar dari jam 7 pagi, dan sampai kira-kira di jam makan siang. Alhamdulillah selama perjalanan anak-anak gak rewel. Karena minum obat antimabok, mereka kebanyakan tidur di mobil.

Di siang bolong dengan cuaca super puanas, kami mampir makan siang di Brilio Pizza, yang konon viral di medsos. Lokasinya ada di ..., sekitar 15 menit dari pantai Pangandaran.

Tempatnya agak terpencil dan masuk ke dalem gang yang cuma muat satu mobil. Tapi tempat parkirnya lumayan banyak kok.

Meski dari luar keliatan sepi, ternyata di dalam penuh banget. Kami sempat masuk waiting list, untungnya gak lama.

Resto ini agak unik ya. Bangunannya semi outdoor dengan nuansa Bali. Gak kayak resto, suasananya lebih mirip kayak halaman belakang rumah dengan banyak bale-bale buat ngadem.

foto: Fira Nursyabani

Kami pesen 3 jenis Italian pizza, ada yang mozzarella, ada yang campur kentang, ada yang topping nanas, dan satu lagi topping daging. Menurut saya, semuanya rasanya cenderung sama, agak hambar. Pizza daging paling mending, ada asin-asinnya. Kenapa bisa viral yak..

Mungkin karena cara penyajiannya yang unik. Semua pizza disajiin di atas tampah kecil, plus beberapa saus sachet. Trus kita makannya sharing pake kertas nasi.

Seporsi pizzanya juga lumayan besar. Meski kami banyakan, ternyata tetep gak habis dan terpaksa dibungkus buat di makan di penginapan.

foto: Fira Nursyabani

Penginapan kami namanya Pondok Cowet. Lokasinya gak jauh dari pantai Batukaras, cuma agak sedikit masuk ke gang, nyatu sama banyak penginapan lainnya.

Sayangnya di sini gak ada kolam renang (yang paling disukai Rai Mica kalau staycation). Malah ada skatepark yang ternyata banyak digandrungi anak-anak lokal.

Kamar penginapannya bertipe mezanine, jadi ada satu kasur di atas dan dua kasur queen bed di bawah. Muat untuk sekitar delapan orang. Di dalam ada dua kamar mandi dan di luar ada dapur.

Setelah istirahat sebentar, sore ini kami mau menikmati matahari terbenam di pantai. 

Pantai Batukaras menjelang senja penuh sama peselancar yang menjajal ombak. Pantai ini ternyata memang dikenal sering digunakan untuk berselancar, walaupun menurut saya ombaknya gak besar-besar amat.

foto: Raisan Al Farisi

Buat wisatawan baru yang mau belajar berselancar, para akamsi juga menyediakan papan selancar warna-warni dengan harga sewa Rp20.000.

Dan satu lagi.. pantai ini juga jadi tempat perlintasan ubur-ubur. Ada bagian pantai yang dilarang diberenangi pengunjung karena (katanya) banyak ubur-uburnya. Saya sempat lihat beberapa ubur-ubur terdampar. Ukurannya kecil dan warnanya biru.

Jadi anak-anak main air di bagian pantai yang aman, sampai sore, sampai puas. Malamnya, kami bbq di depan penginapan.

*

Besok paginya kami nyempetin buat main di pantai lagi sebelum pulang. Ternyata pagi ini lebih banyak tragedi yang disebabkan oleh ubur-ubur.

Popi Raisan kayaknya kena sengat di pinggang. Heboh seperti biasa. Anak kecil yang duduknya di deket kami juga kena sengat. Trus ada lagi beberapa anak yang nangis.

Panik dong ya. Mana Rai Mica pake baju daster pantai lagi dua-duanya. Mana gak mau udahan main air. Untungnya ciwi-ciwi ini gak ada yang disengat.

foto: Raisan Al Farisi

Kami pulang dengan menyusuri jalur pantai selatan. Di Madasari, foto-foto dulu karena di sini ternyata pantainya bagus banget, pasirnya putih, mirip kayak pantai-pantai di selatan Jawa bagian timur.

foto: Raisan Al Farisi

foto: Raisan Al Farisi

Kami juga mampir dulu di Warung Tropical untuk makan seafood biar afdol. Ternyata resto ini cukup unik karena tempat makannya yang terbuka dan menyatu dengan alam. Cuma ada satu bangunan dapur terbuka, sisanya tempat makan yang terbuat dari kayu.

foto: Raisan Al Farisi

Di sini juga cuma sedia seafood bakar dan kami pesen ikan bakar sama kepiting bakar. Sebenernya rasanya standar, seperti seafood pada umumnya yang diolah dengan cara diasap. Tapi yang bikin maknyus adalah sambel kecap dan kangkung kecombrangnya. Sumpah enak banget pengen nangis.

foto: Fira Nursyabani
Perut kenyang hati senang, kami pulang ke Bandung dengan tenang..

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

"Karma Dalem Boncel"

KICKFEST 2012