Bulan Madu di Awan Biru (5)
foto: Raisan Al Farisi |
Hari ke-3
di Bali
Pagi ini
kita akan jalan-jalan sekalian check out dari hotel. Menurut itinerary, malam
nanti kita akan melanjutkan perjalanan darat ke Surabaya. Woow.. gak sabar ya!
Rencananya sekarang kita mau ketemu sepupu Raisan yang ada di Bali dulu nih,
namanya a Dani.
Kita
janjian di dekat Bandara Ngurah Rai untuk kemudian cari tempat kongkow bareng.
Dari sini kita jalan ke Beachwalk Shopping Center di Jalan Pantai Kuta.
Tempatnya bagus banget langsung menghadap ke laut lepas, tapi panas banget boo.
Karena gak
dapet tempat yang asyik, kita akhirnya pergi dari sini. Saya pribadi sih mengusulkan
kongkow di tempat makan ayam betutu.
Yeay, akhirnya kita pergi ke restoran ayam
betutu di Kuta. Gak cuma ayamnya yang enak, sambel dan sayurnya pun enyaak.
Sayang banget nih suami malah pilih menu lain, benar-benar bukan pecinta
kuliner sejati. Hihi.
Oia, a
Dani bawa anak dan istrinya juga lho. Anaknya masih usia sekitar 1,5 tahun dan
lucuuu banget. Doi gak nangis waktu digendong saya. Mungkin muka saya udah muka
ibu-ibu kali ya.
foto: Raisan Al Farisi |
Setelah
puas makan-makan dan ngobrol-ngobrol, kita berpisah deh. Tadinya kita mau
diajak ke kontrakan a Dani di Nusa Dua, tapi karena lumayan jauh, kita urung. Kita
masih punya agenda, yaitu cuci mobil dan beli oleh-oleh.
Setelah
puter-puter, kita menemukan tempat yang cociks nih, tempat cuci mobil plus pusat
oleh-oleh di Jalan Sunset Road.
Sementara mobil dicuci, kita pergi berbelanja,
cukup jalan kaki sebentar. Duh, siapa sih yang gak kenal Krisna, kita hampir
kelabakan nih beli oleh-oleh untuk tiga keluarga di sini.
foto: Raisan Al Farisi |
Cuci mobil
udah, beli oleh-oleh udah, foto-foto di Sunset Road udah. Hmm kita kemana yaa..
Sementara Raisan sibuk cari-cari travel ke Surabaya, saya sibuk cari-cari bakso
enak di Bali. Setelah salat Ashar, kita cus beli bakso di restoran Buka Baju,
Denpasar.
Walaupun
agak jauh, gak apa-apa deh, mengingat travel kita berangkat malam. Di sini,
Raisan pilih bakso isi mozzarella, sedangkan saya pilih bakso bakar.
Rasanya
lumayan, cuma keju mozzarella-nya kurang banyak dan porsi bakso bakarnya
sedikit. Selain itu, pelayannya juga gak begitu ramah.
Duh abis
ini kita ngapain lagi ya. Akhirnya kita balik lagi deh ke masjid. Kita nunggu
sampai magrib dan isya di sini, kemudian pergi ke kantor Kang Dika untuk
balikin mobil dan nunggu travel.
Alhamdulillah
setelah nunggu sampai jam 21.00, tiba juga deh travelnya. Fiuh, kita siap untuk
12 jam perjalanan. Selamat tinggal Balii, terima kasih Kang Dika ~
Mungkin
karena akan melakukan perjalanan panjang, travel ini mengusahakan supaya
penumpang bisa duduk senyaman mungkin.
Satu orang satu kursi, cukup besar dan
nyaman. Kaki pun bisa selonjoran. Kita juga dikasih kue-kue cemilan, tapi
karena terlalu ngantuk, kita tidur aja deh akhirnya di sepanjang jalan.
Perjalanan
dari Denpasar ke Gilimanuk normalnya sih menghabiskan waktu sekitar dua atau
tiga jam, tapi sopir travel ini ngebut luar biasa. Ini kali pertama buat saya
naik angkutan sampai gak bisa melek dan lihat ke depan karena saking ngerinya.
Di
perjalanan, penumpang dipersilakan untuk makan dulu di sebuah rumah makan. Tapi
saya gak bisa makan tengah malam, karena perut pasti begah. Akhirnya makan
sepiring berdua deh sama suami. Setelah ini kita lanjut perjalanan ke
Gilimanuk.
Meski
sambil terkantuk-kantuk, saya nyadar waktu mobil travel ini masuk ke dalam
kapal feri. Ada beberapa mobil juga di dalam.
Raisan sempet nawarin untuk
keluar mobil dan lihat-lihat di atas kapal, tapi karena waktu itu sudah masuk
tengah malam dan mata berat banget, saya menggeleng. Kayaknya lebih enak bobok
di kursi yang nyaman ini.
Di Surabaya...
Perjalanan
di kapal feri gak lama kok, sekitar 1 jam aja. Setelah sampai di Pelabuhan
Katapang, kita melanjutkan perjalanan dari Banyuwangi ke Surabaya. Perjalanan
masih puanjang dan lamaaa banget.
Bahkan
sesampainya di Surabaya sekitar pukul 07.00 pagi pun, kita masih belum bisa
turun. Travel ini harus anter penumpang ke rumah masing-masing, dan kita yang
paling terakhir di anterin. Baru jam 10.00 kita sampai di Capsule Homestay, di
Jalan Kedungdoro, tempat kita istirahat sejenak.
foto: Raisan Al Farisi |
Walaupun
semaleman tadi kita tidur di dalem travel, rasanya badan masih capek banget.
Setelah Raisan beliin sarapan untuk dimakan di kamar, kita memutuskan untuk
tidur sebentar.
Oh iya, di Surabaya kita gak akan nginep. Kita sudah pesan
tiket kereta ke Jakarta nanti malam.
Siangnya,
kayaknya asik nih kalau kita main-main sebentar di Kota Surabaya. Berbekal
Google Maps, kita ceritanya mau jalan kaki ke tempat wisata terdekat, yaitu
Monumen Kapal Selam.
Tapi sebelumnya kita makan dulu di restoran cepat saji.
Maklum, kalau abis tidur suka laper banget.
Wah jalan
kakinya lumayan juga nih. Tapi gak apa-apa, namanya juga pengantin baru, segala
halang rintang pasti dilewati asalkan berdua.
Ternyata kapal selam di monument ini
adalah KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Indonesia buatan Uni
Soviet pada 1952.
foto: Raisan Al Farisi |
Dengan
tiket masuk Rp 5.000 per orang, kita bisa masuk ke dalam kapalnya. Tapi jumlah
orang di dalam dibatasi, supaya gak berdesak-desakan.
Takjub banget lihat kapal
selam ini. Isinya semua logam, tapi bisa terapung di air. Cuma agak ngeri juga
sih ngebayangin kita harus ada di dalam kapal selam ini yang menyelam di tengah
samudra luas.
foto: Raisan Al Farisi |
Di sini
juga sebenarnya ada video interaktif, tapi kita memutuskan untuk gak lihat
karena harus ke Stasiun Pasar Turi untuk check in tiket. Jarak dari sini ke
stasiun cukup jauh nih kalau jalan kaki, gimana kalau kita naik taksi daring?
Dari
stasiun tadinya kita mau main-main dulu di Tugu Pahlawan, tapi kayaknya ada
yang lagi latihan untuk acara 17 Agustus. Huhu. Akhirnya kita naik taksi daring
lagi deh ke penginapan. Kita istirahat sebentar sambil packing dan bersiap
pulang.
foto: Raisan Al Farisi |
Selepas
Isya, kita check out dari penginapan dan pergi dengan menggunakan taksi daring ke stasiun. Di sini kita
makan malam dulu, supaya di kereta gak kelaperan.
Karena keretanya berangkat
jam 21.00, diperkirakan kita akan sampai di Stasiun Senen jam 08.00 pagi.
Ini bukan
kali pertama saya naik kereta Jawa berjam-jam. Dulu waktu ke Yogyakarta dan
Malang pun saya harus duduk sampai bokong panas di kursi kereta. Tapi enak lho,
jadi berasa jalan-jalannya.
Di
Jakarta..
Alhamdulillah,
sampai juga kita di Stasiun Senen. Sebenarnya di sini kita bisa langsung naik
Commuter Line ke Bogor. Tapi karena laper, kita memutuskan untuk keluar dulu
dan cari makan.
Seperti biasa, saya memilih untuk sepiring berdua aja sama
suami.
Perjalanan
ke Bogor lancar, walaupun kita masih harus naik angkot lagi ke rumah. Akhirnya sampai juga di rumah, selamat istirahat, selamat pilih-pilih foto
untuk diunggah di Instagram. Terima kasih untuk suami atas bulan madunya yang seru banget. Muah!
Sampai
jumpa di bulan madu selanjutnya ~
Comments
Post a Comment