Tim Peliput Malam Penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2014

foto: Fira Nursyabani
Have you ever be a part of a big thing? I had.

Jadi tim reporter tokoh perubahan Republika itu pengalaman yang luar biasa. Bukan cuma karena saya ikut diberi seragam (yang katanya) mahal (tapi super kegedean), bukan juga karena ini pertama kalinya saya harus didandanin menor di tengah-tengah liputan.

Saya hanya baru menyadari, betapa anak bawangnya saya berada di antara banyak orang-orang besar, pejabat, politikus, yang selama ini baru saya dengar suaranya via telepon tanpa pernah bertatap muka. 

Entah, redaktur khayangan yang setiap hari ketemu di kantor dan suka saling ejek pun, semua berubah elegan.

Padahal waktu jadi panitia perpisahan sekolah yang ngundang band indie lokal terkenal, rasanya udah hebat banget!

foto: Bang Maksus
Oh ya, ngomong-ngomong soal seragam mahal dan dandanan menor, saya gak becanda lho.

Jadi gini, suatu hari saya mendapati seongok baju di meja kerja. Lalu saya buka dan ternyata baju itu super duper berat. Katanya itu seragam buat liputan Tokoh Perubahan. 

Mau tau kayak gimana bajunya? Modelnya gamis terusan, tapi gabungan dari span, jubah, dan rompi. Warnanya, garis merah putih, oranye, biru, dan ungu. Silakan bayangin sendiri.

Karena all size, saya kebagian ukuran M yaaang sangat besar. Saya pasrah kalau nantinya bakal jadi ondel-ondel pas liputan. 

Tapi seragam canggih itu akhirnya berhasil dikecilin sama Mama sampe pas di badan saya *peluk Ibu Suri*

Psst.. sahabat saya, Intan, justru harus ngededel jahitan bajunya karena baju ukuran M itu malah gak muat di badannya T.T dan tau bagian yang paling saya suka? Intan berhasil saya dandanin, ihiy. Jangan naksir yaa...


Tradisi penganugerahan Tokoh Perubahan ini telah berlangsung sejak 2005. Acara ini adalah upaya untuk memompa api semangat para tokoh yang telah berjasa besar bagi kehidupan untuk terus melanjutkan kerja penuh ketulusan.

Republika sangat menghargai setiap perubahan yang berdampak positif bagi masyarakat. Tokoh Perubahan 2015, diraih oleh enam orang hebat, yaitu:

Abdullah Azwar Anas
dok foto Republika
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Di tangan beliau, Banyuwangi berhasil meraih berbagai pencapaian dan prestasi. Angka kemiskinan berkurang signifikan, dari 20.09 persen pada 2010 menjadi 9,57 persen pada 2014.

Jumlah PAD yang pada 2010 hanya Rp 84 miliar melonjak tajam di angka Rp 249 miliar pada 2014. Ia menyulap Kabupaten Banyuwangi menjadi daerah yang maju.

"Yang penting bagi saya intinya adalah bisa membuat rakyat bahagia lahir batin,"
-Abdullah Azwar Anas








Bhayu Subrata dan Pratama Widodo
dok foto Republika
Penggagas One Day One Juz, Bhayu Subrata dan Pratama Widodo. Kedua pria ini berhasil menyebarkan gerakan membaca Alquran satu juz setiap hari, melalui media sosial, SMS, blog, dan buku saku.

One Day One Juz kini telah menjadi komunitas dan berbadan hukum. Saat ini komunitas One Day One Juz telah beranggotakan lebih dari 130 ribu orang yang biasa disebut ODOJer, yang tidak hanya tersebar di Indonesia, tapi juga di mancanegara.

"Gerakan ini merupakan kegelisahan kami melihat kondisi umat Islam yang kurang memiliki perhatian besar untuk membaca Alquran,"
-Bhayu Subrata dan Pratama Widodo






Din Syamsuddin
dok foto Republika
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin. Din mulai menggalang gerakan Jihad Konstitusi dengan menggugat sejumlah Undang-Undang yang berpihak pada liberalisme ekonomi.

Din juga mempromosikan Islam Indonesia ke panggung global. Islam yang rahmatan lil 'alamin untuk mewujudkan bahwa Islam dan umat Islam Indonesia tidak sama dengan kelompok Islam tertentu di belahan dunia lain yang keras, radikal, dan mengambil jalan kekerasan.

"Jihad konstitusi ini adalah bagian dari tekad Muhammadiyah untuk meluruskan tekad bangsa,"
-Din Syamsuddin







Nurdin Abdullah
dok foto Republika
Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah. Pria kelahiran Pare-Pare 7 Februari 1963 ini berhasil mengubah Bantaeng menjadi daerah yang menonjol di Sulawesi Selatan.

Bahkan, kini Bantaeng menjadi 'laboratorium' pilihan 104 kbupaten/kota yang melakukan studi banding selama 2014.

"Kita harus bergantung pada sistem. Bantaeng harus membangun sistem dan manajemen yang kuat,"
-Nurdin Abdullah










Tri Rismaharini
dok foto Republika
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Prestasi paling monumental Risma adalah menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, Dolly.

Arus demonstrasi dan ancaman berbau klenik (santet) tak membuat kaki Risma mundur. Dia sudah bertekad mengubah lokalisasi menjadi kawasan smart city.

"Saya jalani saja apa yang menurut saya benar dan bermanfaat buat masyarakat,"
-Tri Rismaharini

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"