Posts

Showing posts from August, 2015

Thamrin Awards

Image
"Republika ya? selamat ya, berapa orang yang dapet?" bapak-bapak, ibu-ibu berpakaian batik yang gak saya kenal, bergantian ngucapin selamat sambil nyodorin tangan buat salaman. Saya cuma bisa senyum kaku, sementara pikiran melayang-layang dan kaki gemeteran. Malam itu saya menghadiri acara Malam Penganugerahan Jurnalistik MH Thamrin-PWI Jaya ke-41 di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta. Saya bareng dua rekan jurnalis Republika yang lain, April dan Bang Edy, diundang ke acara ini sebagai nominator. Gak cuma kita bertiga, ada Pemimpin Redaksi Republika, Pak Nasihin Masha atau Pak Ing, yang juga diundang sebagai nominator. Acara Anugerah Jurnalistik MH Thamrin-PWI Jaya atau biasa disebut Thamrin Awards adalah acara penghargaan tahunan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya DKI Jakarta untuk Jurnalis media cetak, online, televisi, dan radio. Kalau sebelumnya Thamrin Awards menyediakan delapan kategori nominasi, yaitu Tajuk Rencana, Foto, Karikatur, Artikel Layanan

Main di Kebun Teh Puncak

Image
foto: Raisan Al Farisi Sebagai warga asli Bogor, saya keitung jarang banget main-main di perkebunan teh di Puncak. Dulu sih main ke Puncak seringnya ke rumah teman-teman sekolah. Tapi kali ini saya mau menjajal perkebunan teh yang letaknya tepat di perbatasan antara Bogor dan Cianjur, yaitu Perkebunan Teh Ciliwung. Kebetulan fotografer kantor ada yang minta diantar ke sini. Lumayan ya jadi pemandu wisata dadakan.   Pintu masuk perkebunan ini ada di pinggir jalan, di seberang rumah makan Rindu Alam. Tiket masuknya agak mahal sih untuk lokasi wisata yang stagnan kayak gini, yaitu Rp 7.000 (th 2015), tidak termasuk biaya parkir. foto: Raisan Al Farisi Perkebunannya memang gak luas banget, tapi pengunjung bisa mengekspor spot-spot foto yang bagus. Untung saya jalan sama fotografer, jadi punya foto-foto bagus deh. Yippii… Di dalam perkebunan juga ada berapa pedagang yang menjajakan kopi dan mie instan. Biasanya kalau ada pedagang, rawan banyak sampah nih. Semog

Pulang Malam

Image
"Kamu perempuan, kalau pulang malem sendirian bahaya, harus ada yang anter," kata orang-orang di kantor setelah ngeliat muka memelas saya menghadapi rumitnya malam. Tapi buat saya, malam gak pernah rumit. Malam selalu menawarkan keheningan di tengah gemerlapnya lampu-lampu jalan. Malam selalu indah untuk dinikmati, membuat sekecil apapun cahaya akan terlihat memukau. "Tenaaaang, Allah jagain aku," kata saya ke mereka, lalu ber-dadah-dadah ria menuju halte Transjakarta. Kalau hari sudah sangat larut dan Transjakarta di koridor 6 (jurusan Ragunan-Dukuh Atas 2 yang lewat halte Pejaten deket kantor) sudah pulang kandang, terpaksa saya minta diantar teman sampai halte Kuningan Timur, karena koridor 9 (Pinang Ranti-Pluit) beroperasi 24 jam. Namanya Amari atau Angkutan Malam Hari, sosok besar berwarna oranye yang selalu saya tunggu di halte ini. "Lamaaa..." kata saya dalam hati sambil terkantuk-kantuk. Meski sudah larut, saya gak pernah sen