Posts

Showing posts from December, 2020

Ibu Suri In Memoriam: Hari-hari Terakhir -2

Image
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا Oktober. Dalam kurun waktu sebulan, dua om saya, adik Mama, meninggal dunia. Saya dan Mama berkomunikasi intens. Saya gak tahu harus bagaimana menenangkan Mama yang saat itu kondisinya ikut drop . Terakhir video call, 29 Oktober, saya lihat ada yang berbeda di wajah Mama. Mama sama sekali gak merespons apapun, meski Rainier dan Emica ada di layar ponsel. Besoknya, Mama semakin drop dan akhirnya dibawa ke RSUD Ciawi. Mama masuk ICU karena menurut dokter, Mama kena strok. Beliau memang sudah lama ngidap darah tinggi. Hidup gak pernah sebimbang ini. Hampir 5 menit sekali saya ngecek layar ponsel, berharap ada kabar baik tentang Mama. Jumat 6 November tengah malam saya diberi kabar kalau Mama drop lagi. Padahal selama seminggu di rumah sakit, kondisi Mama selalu stabil dan sadar walaupun belum boleh dijenguk. "Mama udah gak ada," kata teteh di panggila

Ibu Suri In Memoriam: Hari-hari Terakhir -1

Image
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا 2018 Mei 2018 Mama sempat pergi umrah bareng Bapak. Waktu Mama umrah, saya sedang mengandung Rainier. Karena rindu, saya menangis tiap malam. Mama umrah 2018. (foto: Bapak) Kali ini juga saya selalu nangisin Mama. Bedanya, Mama dulu kembali ke rumah dari Saudi setelah 9 hari, sedangkan sekarang Mama gak akan kembali. Di 2018, kehidupan Mama disibukkan dengan mengurus cucu. Dan di penghujung 2018, Mama mengantar cucunya untuk pindah rumah ke Bandung. Saat pindahan, Mama tinggal di rumah selama beberapa hari. Kami sekeluarga menyempatkan diri ngajak Mama jalan-jalan ke Ciater, nyewa villa, dan berendam air panas. Ini jalan-jalan jauh pertama Mama bersama cucunya. Ciater 2018. (foto: Raisan Al Farisi) 2019 Pertengahan 2019, kami sempat ngajak Mama jalan-jalan ke Pangandaran. Mama sudah lama bilang pengen ke Pangandaran. Selama ini kalau ke pantai kami seringnya k

Ibu Suri In Memoriam: Cucu

Image
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا Saya dengan cepat berubah menjadi seorang 'anak mami', terlebih menjelang menikah. Apapun saya omongin ke Mama. Saat saya positif hamil, Mama jadi orang pertama yang saya tunjukkan hasil testpack . Saya tahu beliaulah yang paling bahagia. Selama beberapa tahun terakhir Mama memang selalu ngomongin tentang cucu. Sebagai anak pertama yang ngasih Mama cucu, saya bangga. Meski hanya beberapa tahun momong cucu, setidaknya Mama bisa ngerasain kebahagiaan sebagai nenek. Waktu detik-detik mau melahirkan, Mama gak berhenti ngusap-ngusapin perut pakai air yang sudah dibacain doa. Lalu Mama bilang "Matak ulah sok doraka ka indung teh kieu" (makanya jangan suka durhaka ke ibu teh gini (melahirkan itu sakit)). Mama & Rainier 2018. (foto: Raisan Al Farisi) Rainier bisa jadi manusia yang paling disayang Mama. Semua bajunya dibelikan Mama. Sampai usia 5

Ibu Suri In Memoriam: Kain jarik

Image
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا 2004, Mama pernah drop. Sakit parah. Semenjak itu, Mama gak pernah benar-benar sehat. Entah sudah berapa dokter didatangi, mulai dari dokter saraf sampai dokter THT. Pengobatan herbal juga dijajal, mulai dari minum ramuan alami sampai direbus dalam tong (ini serius). Syukur Mama gak pernah dirawat di rumah sakit. Masuk ICU RSUD Ciawi selama seminggu sampai kepergiannya merupakan yang pertama dan terakhir. Mama cukup sering nyinggung tentang kematian. Mama pernah bilang, punya firasat berumur pendek karena sering ngerasain sakit kepala yang hebat. Waktu berkunjung ke Gramedia Bandung tahun lalu, Mama bahkan membeli buku berjudul 'Calon Jenazah', karya Ahmad Rifa'i Rif'an. Firasat lainnya, Mama sudah siapkan beberapa kain jarik dan mewasiatkan kain itu untuk dipakai menutup jenazahnya kelak. Dan kain itu benar menjadi pakaian terakhir Mama, selai

Ibu Suri In Memoriam: Jalan-jalan

Image
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا Mama selalu 'memecah keheningan' dengan ngajak kami sekeluarga bepergian. Di sini hobi baru keluarga saya dimulai: jalan-jalan dan kulineran. Tempat wisata favorit Mama adalah pemandian air panas Ciseeng. Hampir setiap musim liburan kuliah kami datang ke sana untuk fish spa , naik bom bom car, dan makan ikan bakar. Ciseeng 2013. (foto: Bapak) Ciseeng 2012. (foto: Bapak) Cuma Mama yang berendam air panas, tapi kami setia menemani. Setelah anak-anaknya masuk dunia kerja, kami sudah jarang ke Ciseeng, tapi masih sering makan-makan di luar. Tempat favorit Mama untuk makan adalah foodcourt BTM di Kota Bogor, biasanya di sini Mama pesan gudeg jogja. Selain akses angkotnya cukup mudah dari rumah, Mama juga senang ke BTM karena bisa belanja yang murah-murah. Foodcourt BTM 2018. (foto: Mamang karyawan gudeg) Selain di Bogor, Mama juga senang jalan-jalan di Band

Ibu Suri In Memoriam: Pecel

Image
Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا Mama, saya (digendong), teteh (tengah) dan Bapak. Kehilangan ibu seperti ada lubang besar menganga di dada. Tapi kalau boleh jujur, saya sebenarnya gak begitu sering berinteraksi dengan Mama sampai kelas 3 SMA. Kami dulu berjalan berjauhan. Tangan saya yang mungil waktu itu, gak sanggup menggapai Mama. Buat saya, Mama bagaikan orang lain yang hidup serumah. Saya hidup dengan toxic parent dalam waktu yang lama sampai terekam di memori terkecil otak saya. Namun, setelah jadi orang tua, baru saya menyadari, Mama mungkin selama ini berjuang dengan masalah mental yang memang rentan dialami ibu-ibu muda. Secara genetik, gangguan itu ternyata menurun ke saya. Hanya, saya lebih terbuka dengan masalah itu, Mama mungkin tidak. Meski gak sedekat ibu dan anak pada umumnya, bukan berarti saya menganggap beliau sebagai sosok Mama yang buruk. Ada hal-hal yang saya kagumi ju

Bius dan Infus

Image
foto: Raisan Al Farisi Tiba-tiba saya bangun dengan sakit kepala dan nyeri yang hebat. Saya tolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, berusaha mencerna keadaan. "Tidur aja, bu, tidur," kata perawat yang lewat. Mata saya yang terbuka setengah tertuju pada jam dinding putih di dinding sisi kanan. Suasana cukup sepi, sampai detak jarum jam dinding itu terdengar cukup jelas. Waktu di jam itu menunjukkan pukul 08.20 WIB. Sambil nahan nyeri, mata saya gak lepas dari jarum jam, berharap waktu berjalan cepat. *** Lebih dari sepekan lalu saya ngerasa ada yang aneh setiap kali duduk. Seperti ada benjolan yang ketika dipegang terasa hangat. Dokter obgyn yang menangani saya di sebuah rumah sakit di Kota Bandung, dokter Elsy, ternyata minta saya untuk rawat inap dan melakukan prosedur bedah. Menurutnya, saya terkena kista bartholin. foto: Raisan Al Farisi Saya dirawat selama 4 hari, meninggalkan dua anak di rumah bersama ibu asuhnya. Di hari ketiga, saya naik meja operasi pukul 7 pagi. Ini op