Matahari Terbit di Bukit Jayagiri


foto: Raisan Al Farisi

Rasanya udah lamaaa banget gak kemping. Kali ini saya ‘merengek’ sedikit ke suami untuk mengisi libur 1 Muharram dengan tadabbur alam ke bukit Jayagiri di Lembang, Bandung.

Duluu banget sekitar dua tahun lalu, saya dan Raisan pernah mengunjungi Jayagiri, tapi waktu itu kita cuma hiking ceria aja, gak nenda. Nah, kayaknya sekarang waktu yang tepat untuk menjajal malam di puncak bukitnya.
 
Gak seperti campground lainnya yang pernah saya inapi, untuk bisa kemping di Jayagiri, kita harus hiking dulu kurang lebih sejam. Bersama dengan junior-junior kampus Raisan (seperti biasa), kita mulai nanjak selepas magrib.

Kita harus merogoh kocek Rp15.000 per orang untuk tiket masuk dan Rp15.000 per kendaraan yang dititip di pos masuk.

Sejujurnya ini kali pertama saya nanjak malam (biasanya pagi atau siang), dan ternyata lumayan enak, gak kepanasan. Jalur pendakiannya juga gak terlalu ekstrem, banyak bonusnya, dan seluruh treknya tanah. 

Setelah kurang lebih 75 menit nanjak, sampailah kita ke warung ‘si Emak’ yang ada di dekat puncak Jayagiri. Di sini kita istirahat sebentar sambil beli kayu bakar.

Setelah itu kita kembali meluncur ke atas, dengan kemiringan tanah yang lumayan bikin ngos-ngosan, untuk cari spot yang enak buat ngediriin tenda.

foto: Raisan Al Farisi

Kebetulan hari itu cuma ada rombongan kita nih yang nginep, jadi kita bisa bebas milih mau ngediriin tenda di mana aja. Sementara cowok-cowok masang tenda, cewek-cewek (yang cuma berdua) mulai masak buat makan malam.

Setelah tenda berhasil didirikan dan api unggun berhasil dinyalakan, kita mulai makan. Menu kita kali ini adalah spaghetti dan mie goreng, plus popcorn sebagai cemilan. Selamat menikmati malaaam….

Sebenarnya Jayagiri kali ini dingin banget karena Bandung masih masuk musim panas. Brrr…

foto: Raisan Al Farisi



foto: Raisan Al Farisi
Subuhnya.

Ngriiiiikkk….. Oh mai gad, ada suara kuda. Jangan-jangan itu kuda siluman. Meski takut, kita mau gak mau harus keluar tenda karena harus salat Subuh.

Ternyata di dekat tenda kita memang ada dua ekor kuda liar yang lagi makan rumput. Jauuuh dari kesan seram, kuda-kuda itu justru lucu dan keren banget. Agak kaget sih ada kuda di atas bukit gini.

Ternyata teman-teman lain yang notabene udah pernah kemping di Jayagiri, mengaku udah biasa dengan kehadiran kuda-kuda ini. Mereka cuma cari makan kok, sama sekali gak ganggu.

foto: Gema NP

Sayang sekali kita kehilangan momen matahari terbit, karena kehalangan awan tebal. Tapi pemandangan di sini masih indaaah banget.

Selepas foto-foto, kita bagi-bagi tugas. Ada yang cuci peralatan masak, ada yang masak air untuk minum, ada yang beresin tenda (karena lapaknya mau dipakai acara kelompok pecinta alam).

foto: Raisan Al Farisi

foto: Raisan Al Farisi

Sekitar jam 10-an, kita selesai makan dan bersiap untuk mendaki pulang ke bawah. Oia, sepertinya Jayagiri ini udah popular banget di kalangan anak muda untuk dijadikan tempat kemping.

Saking populernya, saya lihat sampah berceceran di sepanjang jalan. Kok bisa ya menikmati alam sambil buang sampah seenaknya?

Mencintai alam itu bukan hanya ditunjukkan dengan hiking atau kemping, tapi juga gak buang sampah seenaknya. Memperlakukan sampah aja gak bisa, apalagi memperlakukan orang yang kita sayang *eeaa..

See ya di kemping selanjutnyaa..

dok foto pribadi

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"