Birthdaycation Mulberry Hill

foto: Raisan Al Farisi

Perlu waktu berminggu-minggu buat nyari tempat yang asyik buat ngerayain ulang tahun anak-anak. Waktunya pun mepet karena Popi Raisan harus stand by ngeliput pembukaan Piala Presiden 2025 di Stadion Si Jalak Harupat. 

Akhirnya ditentukanlah hari Jumat-Sabtu, 4-6 Juli, di Lembang. Kami pilih yang deket-deket dulu karena masih trauma sekeluarga sakit waktu pulang kemping akhir tahun kemarin.

Jumat ini kami sengaja jalan dari pagi, lewat Jalan Setiabudi trus masuk ke kampus UPI cuma buat nostalgia setitik. Suasananya masih sama, asri, dan gak ada sepeda motor lalu lalang. Cuma ada beberapa bangunan yang tampak baru dan gak familiar. Sayangnya jalan yang berada di antara FPBS dan FEB --yang kemungkinan jadi tempat pertemuan pertama antara saya dan Raisan-- lagi diperbaiki.

Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke Lembang, lalu ke perkebunan teh Subang, dan melepas penat dengan makan mie rebus dan ketan bakar di pinggir jalan sambil ditemani gerombolan monyet ekor panjang yang ngacak-ngacak tempat sampah untuk cari sisa-sisa makanan.

Dulu tempat ini syahdu, penuh dengan pepohonan teh di sepanjang mata memandang, dari ujung pintu gerbang masuk kawasan Tangkuban Parahu. Sekarang pepohonan ini sebagian besarnya sudah disulap jadi tempat makan dan objek wisata overpriced. 

Selepas Jumatan kami balik kanan ke Lembang dan mampir sebentar di Pal 16 Cikole. Random aja kami turun di sini karena dari jalan terlihat ada playground buat main anak. Tiket masuknya Rp15.000 per orang dan anak di bawah 5 tahun gratis.

Seperti tempat wisata modern pada umumnya, di sini ada banyak pilihan wahana, yang pastinya masing-masing wahana dikenai tiket tambahan. Anak-anak dan bapaknya pilih naik ATV dengan tiket Rp50.000 dan playground dengan tiket Rp15.000 per anak+pendamping.

Jumat ini bener-bener sepi. Sekitar dua jam, playground serasa milik sendiri. Dan karena tempatnya di tengah-tengah pohon pinus, agak keueung juga sih.

Puas main, kami melanjutkan perjalanan ke Mulberry Hill dan begitu sampai, hujan turun cukup deras. Kebayang riweuhnya harus bawa dua anak plus barang banyak, sambil menjaga keseimbangan payung supaya badan gak basah. Belum lagi jalannya naik turun tangga. Untungnya anak-anak bisa dibriefing untuk bawa payung masing-masing.

Setelah masuk ke salah satu glamping, kami mulai bersih-bersih dan beresin barang. Ett ternyata pintu di glamping ini gak bisa ditutup. Walhasil kami harus menerjang hujan lagi untuk pindah ke kamar yang lebih jauh.

Untungnya di kamar ini pemandanganya lebih cakep, hamparan bukit dan lereng Gunung Tangkuban Parahu. Sementara kamar-kamar lain di depannya tertutup pepohonan.

foto: Raisan Al Farisi

Glamping yang kami tempati berbentuk seperti bagian atas botol, yang bundar dan mengerucut ke atas. Dindingnya kombinasi antara bahan canvas di ruang utama dan tembok bata di bagian kamar mandi.

foto: Raisan Al Farisi

Di dalamnya tersedua satu kasur king size dan dua bean bag. Kamarnya lumayan legaa, jadi kami bisa bikin surprise kecil-kecilan buat anak-anak.

foto: Raisan Al Farisi

Setelah hujan reda, Popi Raisan sengaja ngajak anak-anak untuk ambil camilan yang ketinggalan di mobil. Saya langsung siapin cheesecake, lilin, sama kado.

Dan saat anak-anak kembali, surpriseee…

Walaupun gak ada dekor apa-apa, kami ngasih kado cukup buanyak. Bukan mau manjain anak, tapi kado-kado ini bener-bener barang yang mereka butuhkan, terutama buat sekolah, mengingat Rai mau naik ke kelas dua dan Mica mau masuk TK, mulai dari mukena, crayon, sampai tempat bekel.

foto: Raisan Al Farisi

Menyenangkan rasanya punya dua anak perempuan. Jadi buat orang-orang yang kemarin mengasihani kami karena gak punya anak laki-laki, better go f urself.

Malam di glamping lumayan cerah, gak kayak biasanya yakinikuan buat makan malam, kami sekarang bikin mie cup sama masak baksa seafood aja, sambil gelar karpet di depan kamar.

Awalnya di komplek glamping yang cukup luas ini, cuma kami satu-satunya yang nginap. Agak sepi dan mencekam juga nih. Tapi ternyata di kamar samping ada juga tamu yang datang malam-malam (yang kemudian pagi-pagi langsung pergi lagi)Tidur malam di dalam kamar, di atas kasur, di bawah selimut ternyata masih dingin banget buset. Mungkin karena dindingnya berbahan canvas, jadi udara dingin masuk ke dalam kamar dengan leluasa. 

Paginya kami sempetin buat jalan-jalan cari udara segar di sekitaran glamping. Bener-bener sepi di sini. Cuma ada beberapa mobil yang baru datang untuk berkemah di camping ground. 

foto: Raisan Al Farisi

Sepertinya tempat ini pernah berjaya. Tempatnya luas, ada taman bermain, campervan ground, jacuzzi yang sudah ditutup, dan glamping dengan model lain yang sepertinya sudah gak terpakai.

foto: Raisan Al Farisi

Karena sepi, kami juga gak sarapan di resto. Semua makanan diantar ke kamar. Ada nasi goreng, sereal, pisang keju, singkong keju, teh, kopi, kue, wah pokoknya bisa kenyang sampai seminggu.

Trims Mulberry Hill… Met ultah Rai Mica kesayangan momi...

foto: Raisan Al Farisi

Comments

Popular posts from this blog

Main di Kebun Teh Puncak

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Classic Scooters