Valentine Kills

deviantart
Ada yang menyenangkan dari valentine waktu sekolah dulu: Cokelat. Sebagai gadis yang (pernah) digandrungi cowok (-cowok), setiap valentine gak pernah sepi dari kiriman cokelat.

Pernah suatu hari, kelas 3 SMP, dapet kiriman banyak cokelat bentuk hati yang (saking banyaknya) saya dilema. 

Dilema kalo dibawa ke rumah takut dimarahin orang tua disangka kecil-kecil udah pacaran, dan dilema kalo disimpen sendiri siapa yang mau makan, sedangkan dibawa ke sekolah udah gak mungkin karena meleleh.

Pernah juga pas kelas 1 SMA, pacar saya ngasih cokelat bentuk hati, dan saya gak mau nerima karena cokelat-cokelat kayak gitu gak enak dimakan. Akhirnya saya minta dibeliin cokelat SQ yang rasanya lebih enak.

Valentine mungkin lebih terkenal dari halloween. Jarang orang yang tau halloween dirayain tiap 31 Oktober. Di sini gue ngerasa anak remaja Indonesia agak pinter, valentine bisa dapet cokelat, halloween mah serem, yaudah mending rayain valentine.

Setelah kuliah, udah lepas total lah ya sama yang namanya valentine (walau makan cokelat masih terus jalan).

Sebelumnya saya gak pernah sama sekali kepikiran kalau valentine itu hari yang spesial yang harus dirayain sama pesta dan hal-hal yang mewah lainnya. Valentine is a total unimportant thing.

Tapi setelah ngelewatin 23 kali tanggal 14 Februari, saya baru kepikiran ada hal yang (bisa jadi) gak beres dari valentine. Ini berawal dari tugas khayangan yang nyuruh saya ngawal isu valentine, buat menuh-menuhin hestek #kontroversi valentine di situs.

Beragam narasumber saya telepon, dari organisasi-organisasi Islam, psikolog, sosiolog, sampe artis. Intinya saya cuma nanya pandangan mereka soal budaya perayaan hari valentine yang sering diadopsi anak-anak remaja masa kini.

Ada satu pertanyaan yang saya ajukan secara konsisten sama semua narasumber: Paket cokelat berhadiah kondom itu gimana ya? Semua jawab serempak: NO.

Kata psikolog anak Anna Surti, ambil cokelatnya, buang kondomnya. Selesai. Tapi ternyata gak semudah itu urusan kondom nempel di cokelat bisa selesai.

Setelah saya melakukan pembicaraan panjang dengan Iffah Ainur Rochmah, Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) via telepon, ada satu hal yang ngeganjel di hati.

Oke, mungkin bagi sebagian orang, paket cokelat berhadiah kondom atau pembagian kondom gratis waktu valentine itu gak perlu digubris. Cuekin aja. Tapi remaja gak bisa kayak gitu.

Fase remaja adalah fase manusia lagi ngegolak alias lagi mendidih-mendidihnya dalam segala hal. Remaja itu labil, emosian, pengen segala tau, pengen segala dicoba.

Itu juga yang saya rasain waktu dulu pas jadi remaja (sekarang juga masih remaja sih). Ketika di rumah dan di sekolah, remaja diajarin buat menjauhi rokok, miras, dan seks bebas, mereka nerimain.

Tapi semua itu berubah sejak negara api menyerang (*loh), semua berubah ketika remaja itu menginjakkan kaki di luar rumah.

Tiba-tiba seorang remaja dikasih (atau liat) paketan berhadiah kondom, terlepas dari beli atau enggak, mereka pasti saat itu mengalami pengikisan keyakinan.

Mungkin saat itu mereka cuma liat, gak mungkin langsung dipraktekkin, apalagi kalau jomblo. Gak masalah kan keliatannya? Padahal yang jadi masalah ya itu, pengikisan keyakinan yang kasat mata tapi bakal berefek panjang.

Mereka, remaja itu, mungkin nantinya akan menganggap seks bebas bukan lagi hal yang dilarang, asal tahu resiko masing-masing, toh kondom juga dibagikan bebas. Mungkin mereka gak akan ngelakuin seks bebas sekarang, tapi ada kemungkinan ngelakuinnya nanti, akibat dari pengikisan keyakinan itu. 

Lebih parah lagi, kalo ada yang terang-terangan bilang gak melakukan seks bebas karena gak punya pasangan, bisa jadi pas punya pasangan mereka udah punya rencana buat itu.

Pembahasan ini bukan perkara suudzon sama remaja atau menganggap semua remaja punya keyakinan yang tipis dan mudah terkikis. Bukan juga perkara gak ngedukung penyebaran penyakit AIDS.

Ini perkara perang moral yang dilancarkan oknum (entah siapa) buat menyeting otak siapapun (gak cuma remaja sebenernya), ke arah yang negatif yang entah juga apa tujuannya. Ini timur meen, seks bebas gak dikasih ampun.

Valentine sebenernya bisa bagus kalau gak dimanfaatkan sama perusahaan-perusahaan yang cuma mencari untung tanpa memikirkan akibat. Semua orang pernah jadi remaja kan? Tau kan remaja kayak gimana?

Hal sepele sih, tapi efeknya .....

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"