Pemandian Air Panas yang Gak Terlalu Panas


foto: Muhammad Rizki Farhan
Mungkin pemirsa sudah tahu kalau keluarga saya demen banget menghabiskan akhir pekan ke pemandian air panas Tirta Sanita Ciseeng, Parung. Begitupun dengan hari ini.

Tapi berbekal info dari Instagram, kita mau menjajal pemandian air panas alami baru, yang terletak tepat di depan pemandian air panas Tirta Sanita. Kelihatannya sih tempatnya Instagram-able. Jadi penasaran kan.
 
Sesampainya di lokasi, yang berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari rumah, kita langsung celingak celinguk mencari tempat baru itu.

Ternyata tempat masuknya agak tersembunyi dan kita mesti nanjak dulu sedikit. Di depan gerbang masuk, kita diharuskan bayar Rp 10 ribu per orang. Lumayan mahal sih untuk sebuah tempat baru.

Dan saya terkejut karena tempatnya kecil dan gak tertata dengan baik. Untuk masuk ke kolam pemandian alaminya, kita harus bayar lagi Rp 5.000 per orang.

Wow, untuk tempat yang se-biasa ini, kita harus bayar berkali-kali? Kadang ada baiknya juga suatu tempat dikelola swasta daripada warga. Hm.

Di dalam lokasi wisata ini memang ada beberapa tukang makanan. Tapi di sini gak ada rerumputan, saung pun cuma ada satu, dan sempit. Jadi tiket masuk Rp 10 ribu untuk apa? 

Awalnya Bapak dan Mama ragu dan mau pindah aja ke Tirta Sanita di depannya yang sudah jelas-jelas luas dan banyak pilihan wahana.

Tapi Teteh meyakinkan kita semua untuk ‘coba aja dulu’. Setelah membayar (lagi) Rp 25 ribu untuk lima orang (total Rp 75 ribu yang kita habiskan di sini), kita masuk ke dalam kolam air panas.

Ada beberapa kolam di sini. Pertama kolam kotak yang airnya lumayan hangat, tapi penuuuh banget. Lalu ada kolam kecil yang berundak dengan kolam besar, yang airnya sama sekali gak hangat. Huft.

Mama dan Bapak memutuskan untuk main-main di sebuah kolam alami yang lebih kecil lagi, yang airnya agak panas. Sedangkan saya, teteh, dan aa ingin berenang di kolam yang lebih luas, biarin deh gak panas juga. 
foto: Muhammad Rizki Farhan
Dengan teknik fotografi yang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh fotografer professional (gaya bet dah), akhirnya kita bisa membuat foto cantik di tempat ini.
foto: Fidyastria Saspida
Gak lama kemudian, hujan deras turun. Sayang banget di sini gak banyak tempat berteduh. Akhirnya saung yang cuma ada satu-satunya di situ, jadi tempat berteduh banyak orang. Sambil menunggu reda, kita satu per satu bergantian mandi dan ganti baju.

Kemudian saya dibuat terkejut lagi karena kamar mandinya jauh dari kata layak. Kotor, menjijikan, gak ada air, dan pintunya pakai kain spanduk. Terlalu.

Saya dan Mama memutuskan untuk ganti baju aja deh jadinya. Bahkan Teteh ganti baju di sebuah musala butut, yang sangat gak layak dipakai salat. Moga-moga gak gatel-gatel ya sampai rumah.

Setelah hujan reda, tempat wisata ini terlihat langsung porak-poranda. Gak ada tempat kita untuk menikmati suasana. Ujung-ujungnya kita keluar dengan perut yang laper banget. 

Untungnya Mama sudah menyiapkan bekal (yang gak bisa kita buka di dalam karena gak ada tempat). Lalu kita semua makan di dalam mobil. Alhamdulillah.

Intinya, kita jangan tertipu tempat yang bagus di Instagram karena hasilnya bisa jadi zonk banget. Mudah-mudahan beberapa tahun ke depan, tempat ini bakal jadi bagus banget dengan pengelolaan yang baik, dari warga maupun swasta. 

Kalau tempatnya bagus, kita gak akan nyesel lho bayar mahal. Sekarang sih masih nyesel. Hihi.

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"