Husband Self-Isolation Project


Untuk pertama kalinya selama menjadi fotografer, suami saya harus menangguhkan pekerjaan selama 2 minggu karena wabah Covid-19.

Semua itu tentu bukan hal yang mudah bagi dia yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk fotografi. *ecie gaya

Awalnya suami sempat frustasi karena takut bosan, juga takut penghasilannya berkurang. Sebagai istri, saya mengerti.

Tapi yang paling utama kali ini adalah menelusuri apa benar suami pernah menjalin kontak dengan seseorang yang berpotensi terjangkit Covid-19?

Beberapa pekan sebelum suami melakukan isolasi mandiri, saya membekalinya dengan hand sanitizer setiap hari. Dia juga sudah dibekali masker N95 dari kantor.

Saya meminta suami untuk mencatat dengan siapa saja dia melakukan kontak dan ke mana saja dia liputan.

Setiap pulang ke rumah, kami sudah memiliki protap agar suami terlebih dahulu membasuh muka dan tangan dengan sabun serta ganti baju di luar rumah.

Antisipasi-antisipasi yang kami buat ternyata cukup membantu. Suami mengaku banyak menghindari liputan seremonial bersama pejabat dan wartawan-wartawan lain sejak corona mewabah.

Namun, saat menelusuri kontaknya sepanjang liputan, dia ternyata pernah bertemu dengan seorang pewarta foto (sebut saja B), yang sempat meliput pejabat positif Covid-19 di Bandung. Saat bertemu, suami sedang mengenakan masker N95.

Atas dasar penelusuran itu, kantornya memberi kebijakan agar dia melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebenarnya tak hanya dia, seluruh fotografer di kantornya pun diminta hal serupa.

Belakangan, B diketahui negatif Covid-19 setelah melakukan rapid test. Kami harap hasil itu benar, meski mungkin tak seakurat swab test.

Sebagai bentuk dukungan selama suami melakukan isolasi mandiri, saya berinisiatif untuk mendokumentasikan kegiatannya di rumah dalam Husband Self-Isolation Project.

Tidak ada batasan antara kami, juga antara suami dan anak karena suami saya tidak berstatus orang dalam pemantauan (ODP) Covid-19.

Setiap saya masak pagi-pagi, suami kebagian jagain Rainier mulai dari ngemil bareng, belajar, sampe olahraga keliling komplek.

Oh kenapa suamiku jadi bergelambir begini?

Jam tidur siangnya bahkan melebihi jam tidur Rainier. Macam beruang hibernasi.

Olahraga kalau lagi pengen. Kalau males, ya balik tidur.

Tugas cuci baju sudah diserahkan padanya. Sekalian olahraga naik turun tangga. Soal bajunya bersih apa nggak, wallahualam.

Motor adalah istri kedua. Dipegang-pegang mulu.

Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk main game ini sambil pake headset dan ngomong sendiri.
Kadang ngomong pake bahasa Inggris, gak ngerti lah.
Katanya pengen foto gaya satu aja. Gaya macam apa ini.

Alhamdulillah. Setelah 14 hari berdiam diri di rumah, suami saya sehat dan tak menunjukkan gejala sakit apapun. Sekarang dia bisa kembali menjalani kehidupan normal.

Tentu saja isolasi mandiri ini menjadi pelajaran bagi kami untuk lebih berhati-hati dan terus melakukan social distancing. Semoga Allah selalu melindungi kami dan kita semua.

ps. jagoan kan saya motret?

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"