Pantai Rancabuaya dan Puncak Guha

foto: Raisan Al Farisi

Staycation pertama di tahun ini! Karena harus nabung banyak untuk biaya sekolah anak-anak, kami tahun ini harus mengurangi intensitas staycation.

Dipilihlah awal Agustus ini buat jalan-jalan ke Garut selatan, sekalian ngerayain wedding anniversary. Tujuan kami adalah Pantai Rancabuaya yang, katanya sih, hidden gem di Jawa Barat.

Kami berangkat pagi-pagi dari rumah supaya gak kesorean sampai sana. Jalur yang kami tempuh, dari Cileunyi pakai tol ke Soreang, terus ke Banjaran, Pangalengan, dan mendaki gunung lewati lembah sampai ke Garut selatan.

Walaupun jalannya berkelok-kelok dan Popi Raisan seperti biasa bawa mobil seperti sedang balapan, alhamdulillah Rai dan Mica gak muntah. Setelah sarapan, mereka berdua langsung diminumi Ant*mo anak, jadi lebih banyak tidur di jalan.

Waktu perjalanan yang ditempuh sekitar 4,5 jam. Kami menginap di villa seberang pantai. Karena pantai ini gak ramai wisatawan, harga villa-nya pun tergolong murce.

foto: Raisan Al Farisi

Sesampainya di sana kami dibuat bingung karena gak nemu resto atau rumah makan. Akhirnya kami makan siang dengan batagor dan anak-anak makan siang pakai mie bakso yang ada di depan villa.

Makanannya sih biasa aja. Yang istimewa justru pantainya.

Karakteristik Pantai Rancabuaya, setelah saya telisik, adalah berkarang dan berombak besar. Pasirnya lebih putih dari pasir pantai selatan Jabar pada umumnya.

Selepas makan, Rai Mica langsung ngajak main air. Anak-anak bisa bebas berenang di balik batu karang, jadi gak kena imbas dari ombak yang besar.

foto: Fira Nursyabani

Saking serunya, mereka sampai gak mau udahan. Padahal pantai lagi panas-panasnya di jam 1 siang. Siap-siap aja gosong.

Puas main di pantai, sorenya kami menghabiskan waktu menikmati sunset di Puncak Guha. Objek wisata ini masih berada di kawasan Pantai Rancabuaya.

Seperti namanya, Puncak Guha adalah tebing tinggi di pinggir pantai yang di bawahnya terdapat guha (goa), yang dijadikan sarang oleh ribuan kelelawar. Kita bisa lihat pemandangan pantai dari atas tebing.

Ternyata tempat ini lebih banyak dikunjungi wisatawan daripada pantai tempat kami main tadi. Padahal pintu masuknya sepi-sepi aja, gak kelihatan kayak objek wisata.

Kebanyakan wisatawan di sini anak-anak muda yang kemping. Ada juga gerombolan bapak yang touring pakai motor. Jarang yang pakai mobil sekeluarga bersama bocil seperti kami.

foto: Raisan Al Farisi
foto: Raisan Al Farisi

Yang paling bikin kaget adalah, angin di sini kuenceng banget. Rasanya badan yang kurus ini hampir terbang. Walaupun anak-anak pake jaket, tapi tetep takut masuk angin.

Kok bisa ya orang-orang nge-camp di tempat yang anginnya segede ini. Apa gak takut tendanya kebawa angin. Kayak gak ada damai-damainya gitu lho.

foto: Raisan Al Farisi

Karena gak kuat sama angin, akhirnya kami melipir ke warung. Kata ibu warungnya, angin sore ini udah cukup reda dibandingkan sama angin siang tadi. Semakin malam, angin bakal semakin santuy.

Ternyata benar, menjelang magrib, tiupan angin mulai reda. Tapi ada pemandangan menakjubkan. Kelelawar yang tinggal di goa sini mulai ramai keluar, jumlahnya mungkin ratusan sampai ribuan.

Kami makan malam sebentar di sini. Lalu pulang ke villa.

foto: Raisan Al Farisi
Besoknya.

Setelah sarapan di hotel kami langsung cari tempat buat menghabiskan sisa hari sebelum pulang. Popi ngajak kami ke tebing lagi, yang masih ada di bentangan pantai Rancabuya (gak tau nama tebingnya apa).

Di tebing ini, anginnya gak terlalu kencang kayak di Puncak Guha. Kami jadi lebih nyaman menikmati pemandangan pantai dari atas. Pemandangan bukitnya juga bagus banget, penuh ilalang dan ada gubuk-gubuk kecil yang (menurut saya) kayak landscape yang ada di kalendar-kalendar.

Sepertinya tempat ini bakal dibangun tempat nongkrong untuk wisatawan. Waktu kami ke sana, belum ada banyak warung dan fasilitasnya masih seadanya.

foto: Raisan Al Farisi

Anak-anak sih kayaknya gak suka di sini. Selain karena mereka gak bisa bebas lihat pantai ke bawah (harus digendong), pagi ini sinar matahari nyebrot parah sampe kami harus pakai kacamata hitam.

Akhirnya kami kembali ke pantai tempat kami main air kemarin. Alhamdulillah anak-anak betah, ya main pasir, ya main air.

Mica yang tahun lalu gak mau menyentuh air laut, sekarang sudah berani. Kalau ada ombak cukup besar, Mica langsung peluk Popi karena kaget.

Kalau Rai lebih berani, lebih mengeksplor, walaupun beberapa kali kaki tangannya sakit kena batu karang. Sampai jumpa pantai...

foto: Fira Nursyabani

foto: Raisan Al Farisi

foto: Raisan Al Farisi

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"