Ikut JICA panen wortel di Ciwidey

foto: JICA
Ini bukan pertama kalinya saya liputan di Bandung. Tapi liputan ini istimewa karena saya akan ikut rombongan Japan Indonesia Cooperation Agency (JICA) ke Ciwidey untuk melihat perkebunan holtikultura wortel kuroda.

Bersama teman-teman wartawan lain, saya berangkat ke Ciwidey dari Kota Bandung sekitar pukul 11.00 WIB. Tujuan utama kami adalah Pondok Pesantren Al Ittifaq di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.

Sesampainya di sana, acara dimulai dengan sambutan-sambutan. Tapi tak lama setelah itu kami langsung dibawa ke perkebunan wortel kuroda yang letaknya sekitar 500 meter dari pondok pesantren.

Ada berhektare-hektare lahan perkebunan wortel di sini. Dengan dilengkapi sepatu boot, kami diminta untuk mencabut wortel-wortel yang telah siap panen.

foto: Fira Nursya'bani
Wortel kuroda ini merupakan varietas unggulan yang berasal dari Jepang. Bentuknya lebih bulat, rasanya lebih manis, dan tentu saja harganya juga lebih mahal.

Entah berapa kilo wortel yang kami panen. Ada yang ukurannya kecil, juga ada yang ukurannya besar.
foto: Fira Nursya'bani
Sebenarnya saya tidak terlalu suka aktivitas berkebun seperti ini karena saya fobia terhadap ulat. Meski demikian, panen wortel ini cukup menyenangkan.

Ulasan khusus tentang wortel kuroda sudah saya tulis di Ayobandung.com. Yuk cek tulisannya di sini.

Setelah memanen wortel kuroda, para wartawan diajak ke perkebunan lainnya untuk menanam terong Jepang atau yang dikenal dengan nasu. Kami harus berjalan kaki lagi kira-kira 500 meter.

Tidak seperti wortel kuroda, nasu baru pertama kali dikembangkan di Pondok Pesantren Al Ittifaq. Jadi, di sini kita belajar untuk menanamnya.

Tanah yang sudah dibedeng, dilubangi kecil-kecil setiap 1 meter. Nanti lubang itu akan ditanami tanaman nasu yang masih kecil. Selain pakai tanah, nasu juga ditanam dengan sabut kelapa.

foto: JICA
Berbeda dengan terong lainnya, nasu berbentuk lebih bulat dan lebih besar. Rencananya tanaman ini yang selanjutnya akan dikembangkan di Al-Ittifaq setelah wortel kuroda.

Setelah proses panen dan tanam selesai, rombongan wartawan masih harus melihat proses pembersihan hingga pengepakan. 
foto: Fira Nursya'bani
Hwah, sebenarnya kaki saya sudah gak kuat lagi. Berkebun kayak gini tampaknya bukan aktivitas yang baik buat ibu hamil. hiks.

Acara baru selesai pukul 18.00 WIB. Saya masih harus menghabiskan waktu satu jam untuk ke Kota Bandung dan satu jam ke rumah. Hm. Ini pertama kalinya saya ninggalin anak untuk liputan sampai malam. Untung ada suami yang jemput.

Dari liputan ini saya bisa menyimpulkan kalau pertanian Indonesia bisa maju ketika kita terbuka akan inovasi dan ilmu pengetahuan. Selain itu, birokrasi yang tak berbelit juga bisa memudahkan petani untuk mengakses pasar.

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"