Life goes on...

foto: Raisan Al Farisi

How's life?

Ternyata menjalani hidup tanpa banyak update di medsos -demi dapat validasi- itu tentram. Been there. Bukan bermaksud jadi pick-me, tapi membandingkan diri sendiri di zaman muda yang lumayan oversharing, sama diri sendiri saat ini yang less-sharing, ternyata hidup lebih adem ayem sekarang.

Dan kebiasaan untuk gak banyak kepoin kehidupan orang lain masih berlanjut sampai sekarang. Rasanya saya hanya perlu lihat informasi yang perlu saya tahu, biar yang gak perlu-perlu amat bisa di-skip

Meski begitu, saya sudah ada dalam fase menerima perbedaan pandangan, menerima kalau gak semua orang menjalani hidup dengan sama, menerima keputusan orang lain yang gak sejalan, dan menerima fakta bahwa mostly apa yang dilakukan orang lain gak akan mempengaruhi hidup saya jadi saya gak perlu ikut campur.

Capek gak jadi ibu?

Gak pernah pas ada dititik cukup. Entah itu ngerasa capek banget, overwhelmed. Atau justru merasa kurang.

Kadang merasa di titik longing for being alone. Ingin diem, sendirian, finding my inner peace. Ingin baca buku, ingin ngelukis, ingin belajar main piano. Tapi saya masih terus bilang ke diri sendiri untuk 'tunggu', that's not a mom supposed to act.

Sebagai orang yang batre sosialnya cepet abis, saya juga selalu perlu waktu untuk re-charge. While it seems impossible, my re-charging activity changes from being alone to hugging my kiddos.

I sometimes feel bad too. Saya merasa harusnya bisa lebih banyak peluk anak, harusnya bisa lebih banyak dengerin cerita anak, harusnya lebih banyak nemenin anak main. Saya sudah melakukan itu semua, tapi tetap ngerasa kurang.

Perhaps it's time to say it is actually way more than enough.

Sudah selesai dengan masa lalu?

Menganggap diri sudah selesai, tapi sepertinya masih membekas. Kenangan-kenangan masa lalu, mostly the worst memories, sering banget terlintas sekelibat di pikiran. 

Kebanyakan kenangan yang hadir adalah trauma dan luka masa kecil. Kadang ada satu hal yang dilakukan sama Rainier atau Emica yang jadi trigger dan tiba-tiba munculin lagi ingatan lama.

Walaupun rasanya gak nyaman, tapi kadang hal ini bisa ngebuat saya lebih hati-hati untuk bertindak supaya anak-anak gak merasakan apa yang saya rasakan dulu. Lagi pula saya masih bertekad untuk mutus rantai toxic parenting.

Masih banyak hal-hal di masa lalu yang masih coba untuk diselesaikan. Yang jelas, saya merasa saat ini saya sudah sedikit menjadi pribadi yang lebih baik. Dan akan selalu berusaha improve di masa depan (ah yang bener).

Kalau kata BTS, yeaah life goes on.. like this again..

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"