Akhirnya Cabut Gigi

foto: Raisan Al Farisi

Lanjutan dari pengalaman pakai behel...

Fiuh.. gak terasa udah setahun lebih pakai kawat gigi. Dalam rentang waktu itu, saya sudah empat kali ganti dokter. Untungnya, dokter yang menangani saya delapan bulan terakhir ini sangat baik dan cute, namanya drg Lyvia.

Di bulan-bulan pertama pake behel, ada aja bracket yang copot dan karet yang lepas. Saya juga cuma berani pakai karet warna hitam, dan belum pede untuk senyum kelihatan gigi saat difoto.

Setelah ditangani drg Lyvia, bracket lebih aman, gak banyak copot. Gak ngerti deh, padahal cara saya makan tetep sama.

Drg Lyvia juga suka nyaranin saya untuk lebih pede pake karet warna warni. Sekarang, setiap kontrol gigi, saya bakal tanya anak-anak dulu bagusnya pakai karet warna apa. Kadang mereka minta pink, ungu, biru, macam-macam.

Sayangnya, setelah setahun, gigi saya gak ada perubahan yang berarti. Memang dua gigi seri atas, yang tadinya berantakan, sekarang sudah agak rapi dan saya sempat mau menyudahi pakai behel. Tapi sepertinya dokter masih kurang puas sama bentuknya.

Gigi atas masih terlihat maju dan gak sejajar dengan gigi bawah. Setelah bimbang berbulan-bulan, akhirnya dokter menyarankan saya untuk cabut gigi. Bukan gigi bungsu, melainkan gigi geraham depan.

Menurut penjelasan dokter, gigi saya sudah terlalu penuh, jadi sulit buat bergerak. Mencabut gigi berarti memberi ruang buat gigi untuk menyesuaikan posisinya lagi. Tindakan ini juga bisa bikin gigi saya lebih masuk ke dalam. Katanya...

Dua bulan memantapkan hati, saya memutuskan untuk ikut saran dokter. April 2023, di bulan puasa, saya cabut dua gigi geraham kiri atas bawah dan Mei 2023 cabut gigi geraham kanan atas bawah.

foto: Raisan Al Farisi

Gimana rasanya cabut gigi?

Panik dan deg-degan, sampe minta ditemenin suami untuk masuk ke ruang tindakan. Biasanya setiap kontrol behel selalu santuy sendirian.

Pertama semua karet dicopot dulu, terus bracket dan gigi dibersihin. Baru setelah itu gusi sekitar gigi yang mau dicabut, disuntik bius beberapa kali. Gak sakit sih cuma ngilu banget.

Setelah gusi kebas, baru deh gigi dicabut. Dan ternyata dicabutnya dengan cara digoyang-goyang pake tang. Dahlah pasrah pada Allah atas segala kengerian ini.

Gigi geraham atas ternyata lebih sulit lepas karena akarnya panjang. Sementara gigi geraham bawah lebih mudah karena ukurannya lebih kecil. Setiap giginya lepas, ada bunyi 'dug' yang disertai keluarnya aliran darah segar.

Setelah proses cabut mencabut selesai, bibir serasa tebel banget efek dari bius lokal. Bibir baru menipis setelah efek bius perlahan ilang.

Gusi yang bolong juga mulai terasa cenat cenut. Sakitnya mirip kayak sakit gigi ringan. Beberapa kali darah masih keluar dan terasa di mulut.

Gak ada perawatan dan obat khusus. Saya juga masih bisa ngomong seperti biasa. Dokter minta saya untuk banyak makan es krim dan boleh minum paracetamol kalau ngerasa sakit. (Waktu suami beliin banyak es krim cup, saya cuma kebagian setengah karena sisanya abis sama anak-anak).

foto: Raisan Al Farisi

Cabut gigi geraham kanan sebulan setelahnya terasa lebih sakit. Karena geraham atas yang dicabut adalah geraham kedua, yang notabene berukuran lebih besar, proses cabutnya juga lebih lama dan sulit.

Waktu mau dicabut, ternyata gusinya belum kebas dan harus tambah dosis bius. Setelah gigi dicabut, lebih terasa sakit dan nyut-nyutan. Masih mirip sakit gigi, tapi ini setingkat lebih sakit dari cabut gigi pertama.

Sementara gigi kanan dicabut, gigi bagian kiri sudah mulai ditarik dengan karet khusus. Cabut gigi ternyata sakitnya gak seberapa dari tarik gigi. Kali ini saya sulit makan.

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"