Ke IGD Malam-malam

foto: Raisan Al Farisi

Malam ini Mica harus terima tiga jahitan di dahi karena gak sengaja kepalanya terpentok meja waktu main. Rasanya sebadan lemes waktu anaknya nangis kejer kesakitan. Lebih lemes lagi ternyata lukanya cukup dalam dan kulitnya robek.

Karena darah yang keluar banyak, kami semua panik. Popi Raisan sempet ketok rumah tetangga yang dokter dan nyamperin ke kliniknya, tapi gak ada. Rainier terus nangis karena gak tega lihat adiknya berdarah.

Tapi tangis Mica justru berangsur mereda selama saya peluk. Karena mungkin akan ada tindakan untuk Mica, akhirnya saya menguatkan diri untuk ganti baju dan pakai kerudung sambil persiapin uang, minum, gedongan, masker dan printilan lainnya ke dalam tas. Mica ditidurkan sebentar di tempat tidur dalam kondisi tenang dan gak nangis (justru Rai yang nangisnya tambah kejer).

Kami putuskan bawa Mica ke IGD Rumah Sakit AMC yang deket dari rumah, sekitar jam 21.00 WIB. Anehnya, Mica gak kelihatan kayak anak yang lagi sakit.

"Momi, teteh kenapa nangis?" padahal nangisin dia.

"Momi, kita mau ke mana? Dedek gak mau ke dokter"

"Momi, teteh mau diapain sama dokter?" padahal yang mau dijait dia.

Di IGD, kami masih harus nunggu sekitar 20 menit untuk tindakan. Saya mencoba mengalihkan pikiran Mica dengan ngomongin soal es krim.

Sementara Popi ngurus administrasi, Rai terpaksa nunggu di depan bareng satpam karena gak boleh masuk. Alhamdulillah anaknya super baik dan semoga selalu dilindungi Allah, juga dikelilingi orang-orang yang baik. Saat Mica tindakan, Rai pindah dan nunggu di dalam mobil sendirian. 

Biasanya Mica antidokter. Diperiksa sedikitpun bakal nangis kejer minta dipeluk. Tapi kali ini anaknya cukup kooperatif. Mau tiduran saat diminta perawat. Ada dua perawat yang ngasih tindakan.

Mica baru ngerasa sakit waktu dibius lewat suntikan di jidat. Dia mulai nangis lagi sambil bilang "sakit..." beberapa kali. Saya cuma bisa usap-usap tangannya dan berdoa dalam hati, sambil memalingkan muka. 

Setelah bius bekerja, proses jait luka dimulai. Dari awal sampai akhir, saya gak lihat. Saya hanya dengar perawat mencoba menenangkan Mica. Prosesnya pun gak lama.

Alhamdulillah semua orang di IGD RS AMC baik-baik, mulai dari petugas adm, perawat yang jait, sampai dokter jaganya. Jazakumullah khairan katsiran.

Selepas tindakan, saya dan Mica langsung nemani Rai yang sudah nunggu di mobil. Wajahnya yang panik mulai berubah setelah tahu adiknya baik-baik saja. Rai gak berhenti bertanya soal "dokter bilang apa", "dedek tadi diapain", dll.

Alhamdulillah di rumah Mica gak menunjukkan tanda demam atau pusing dan bisa tidur nyenyak. Meja ruang tamu yang jadi penyebab luka robek di dahi Mica juga langsung dilenyapkan.

Ya Allah lindungi anak-anakku saat penjagaanku tak sampai. Engkaulah sebaik-baiknya penjaga. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"