Bunga Bangkai Tahura

Foto: Raisan Al Farisi

Kami menghabiskan akhir pekan kali ini di Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda Dago. Katanya sih, di hutan ini ada bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum) yang lagi mekar.

Buat anak-anak, ini jadi kali pertama main ke Tahura. Tapi buat saya, ini sudah ke sekian kalinya. Agak pangling juga karena Tahura jadi lebih bagus dan rapi. Dan yang paling keren, jalan setapak di sini sudah dilengkapi dengan guiding block untuk pengunjung tunanetra, dari depan sampai ke Goa Jepang.

Tiket masuk Tahura per orangnya Rp17.000 untuk pengunjung di atas usia 4 tahun. Parkir mobil Rp10.000, sementara parkir motor Rp6.000.

Ternyata benar, di salah satu sudut Tahura, gak jauh dari pintu masuk, ada bunga bangkai raksasa yang sudah mekar sekitar tiga harian. Sepertinya ini kedua kalinya saya lihat bunga bangkai langsung di depan mata. Pertama kali waktu kecil dulu, gak tau di mana lupa.

Bunga ini cantik tapi terasa asing dan mengintimidasi (cieh), juga ngeluarin bau aneh, tapi gak sebusuk bau bangkai. Katanya bunga bangkai ini cuma bertahan sekitar satu mingguan dan bakal mekar 3,5 sampai 5 tahun lagi.

foto: Fira Nursyabani

Saya titip cerita di sini deh, biar anak-anak inget kalau mereka pernah lihat bunga bangkai. Gak kayak emaknya yang lupa-lupa inget.

Dari bunga bangkai, kami jalan kaki ke Goa Jepang sekitar 400 meter. Jalannya sudah aspal dan beton (plus guiding blocks). Tapi kami harus melewati tangga yang lumayan curam. Mica yang lagi gak fit, minta gendong. Lumayan sekalian olahraga angkat berat.

Goa ini masih sama kayak dulu (yaiyalah). Dulu pernah masuk ke dalemnya. Sekarang nunggu di luar aja karena Mica gak mau masuk. Rainier justru paling semangat mau masuk bareng Popinya, dengan berbekal senter.

foto: Raisan Al Farisi

Rai bahkan penasaran pengen ke Goa Belanda. Tapi kami gak ke sana karena Mica rewel dan terus terusan minta pulang. Di jalan, Rai terus nanya "orang Jepangnya sekarang ke mana?" "Kalau orang Belanda sebesar apa?" Kekekek.

Tahura sudah gak ber-imej serem sebagai hutan yang pernah dijadiin tempat persembunyian tentara penjajah. Malah kami salfok sama rombongan ibu-ibu yang senam dan nenek-nenek Chindo yang nongki-nongki di kafe yang ada di dalamnya.

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"