Thanks God, I'm Female

pic: 9GAG

TGIF bukan hanya Thanks God It's Friday, tapi juga Thanks God I'm Female! Sebagai makhluk lembut, perempuan tentu dipandang sebagai insan yang istimewa dan patut dilindungi. Tapi... disini saya tidak akan membahas bagaimana enaknya menjadi perempuan yang membuat saya sendiri pun bersyukur karena saya terlahir sebagai perempuan. Ada bagian mengerikan yang lain yang sebenarnya dimiliki oleh perempuan, semuanya berdasarkan pengamatan saya langsung.

Paling berkuasa
Siapa bilang perempuan itu lemah? Walaupun perempuan itu subordinate, kedudukannya selalu di bawah laki-laki, sering ditindas, dilecehkan, dan disepelekan, tapi di sisi lain perempuan itu lebih berkuasa dari laki-laki. Gerakan feminis atau emansipasi wanita ala Kartini membuat perempuan saat ini amat di hormati oleh laki-laki. Dan itu juga yang membuat perempuan kadang berubah menjadi makhluk yang sewenang-wenang. Contohnya, ibu-ibu antagonis sering kali bersikap seenaknya di mana pun ia berada, di jalan, di pasar, di angkot. Jika ada satu orang berbicara satu kata pada ibu-ibu tersebut, si ibu dipastikan akan membalas ribuan kata. Begitupun dalam rumah tangga. Walaupun kebanyakan istri itu penurut, tapi tak sedikit pula istri-istri yang malah jadi penguasa penuh dalam rumah tangga. Apalagi jika di dukung dengan bentuk tubuh yang besar dan gemuk, sedangkan suaminya kecil kurus. Hal itu hampir serupa dengan pacaran, perempuan itu lebih cerewet, suka ngatur, suka marah dan siapapun yang salah, pasti pihak laki-laki yang meminta maaf. Lain lagi dengan perempuan yang berada di sebuah perkumpulan, geng misalnya. Walaupun ia bukan ketua geng, tapi ia amat sangat di hormati, di segani, di turuti segala maunya sehingga (biasanya) ia menjadi semena-mena dan laki-laki hanya manut-manut saja karena takut sang perempuan marah. Karena perempuan kalo udah marah itu, perang dunia.

Merepotkan
Tanya pada perempuan manapun, apa yang mereka pilih untuk pergi ke lantai atas, tangga atau lift? Mungkin jawaban sebagian besar (atau bahkan hampir semua) dari mereka mengatakan lift! Walaupun perempuan itu bisa dibilang apik, rajin blablabla. Tapi untuk urusan yang sepele, mereka bisa menjadi malas sekali. Tipe-tipe tak mau repot dan mau enaknya saja. Lalu lagi, apa yang bisa dilakukan laki-laki ketika seorang perempuan sudah merengek ingin belanja dan minta di antar, atau hampir menangis ketika kulitnya hitam, rambutnya kusut atau bedaknya tidak rata, selain diam.

Hidup bagai sinetron
Saat perempuan ada dalam suatu masalah, besar atau kecil, ia pasti merasa ia adalah perempuan paling menderita di dunia ini dan satu-satunya cara untuk mengakhirinya adalah dengan mengakhiri hidup. Padahal di jamin 100% ia hanya mencari perhatian. Menangis yang berlebihan atau menjadi antagonis yang senang jika lawannya menderita, terjebak dalam cinta segitiga, lalu menjadi perempuan yang lemah agar mendapat perhatian lebih dari laki-laki tampan pujaannya. Hidup yang penuh sinetron itu mungkin juga di dukung dengan hafalnya perempuan itu dengan jadwal-jadwal tayang sinetron setiap harinya, dan tentu menontonnya.

Mulut yang tak tertandingi
Tak selamanya perempuan itu enak di jadikan tempat curhat. Kadang, ketika kita curhat pada seseorang dan kita mengatakan: "Jangan bilang-bilang yah.." Dapat dipastikan dua-tiga hari kemudian beberapa orang lain sudah tau rahasia kita. Siapa lagi yang menyebarkan selain perempuan itu tadi. Masih untung jika apa yang di katakannya pada orang-orang itu adalah hal yang bersifat gosip semata, tapi bahayanya jika rahasia itu adalah sebuah aib, matilah kita. Belum lagi mulut perempuan itu entah ada sesuatu apa yang membuatnya selalu menambah bumbu-bumbu cerita yang tujuannya adalah untuk membuat cerita tersebut semakin sedap. Namun ketika cerita itu terlalu banyak bumbu, rasanya tentu saja akan aneh. Bagi perempuan, sulit menyimpan suatu rahasia, mulutnya mungkin akan terasa gatal ketika ia menyimpan satu rahasia orang lain. Persetan dengan sahabat, gosip tetap lah gosip yang memang seharusnya menjadi informasi yang layak disebar ke pelosok negeri. Tak peduli bagaimana perasaan orang lain yang di bicarakan aibnya, yang terpenting adalah kepuasan batin. Perempuan tidak sadar bahwa mulut 'manis'nya akan menyebabkan salah paham atau bahkan rasa benci.

Selalu show off
Sudah lumrah ketika para ibu-ibu saling memperlihatkan keunggulannya, perhiasannya, anaknya yang berprestasi di sekolah dan hal-hal lainnya yang (menurutnya) dapat membuat ibu-ibu lain berdecak kagum. Ada pula perempuan yang setiap berbincang dengan teman-temannya selalu menceritakan kisahnya sendiri, tanpa peduli kisah orang lain. Perempuan bukan pendengar yang baik ketika setelah orang lain selesai berbicara ia bukannya memberi komentar, malah menceritakan pengalaman dirinya sendiri yang sama persis yang menurutnya lebih menarik.. "Ih aku mah yah..." "Aku juga pernah..." "Kaya aku waktu itu..." Syukur jika ceritanya singkat, tapi ini, dua kali lipat lebih lama. Kasus lain, seiring meningkatnya popularitas jejaring sosial, perempuan semakin senang show off. Setiap ada masalah, update status atau ngetweet. Wajar jika sekali, tapi ini berkali-kali, bikin semua teman/followernya tau masalah apa yang sedang diidapnya. Masalah paling populer adalah percintaan, entah jadian, berantem, putus, kayanya wajib kalo temen-temen di jejaring sosialnya itu tau masalah dia, dan semakin banyak like, semakin bagus. Padahal setelah update status dia mohon-mohon minta di like statusnya dengan cara ngewall atau SMS temen-temennya. Masalah populer lainnya adalah nyindir-nyindir di status. Emang perempuan itu sok bernyali gede, kalo di status aja dia berani, kalo di depan orangnya langsung, nyalinya menciut segede upil.

Manusia replika
Pernah denger seorang perempuan bilang: "I love being myself"? Itu bohong. Memang sebenernya bagaimanapun kita mengikuti trend, setiap perempuan itu pasti punya gayanya sendiri-sendiri, tapi sebagian dari mereka banyak yang memaksakan untuk ikut trend yang ada. Tujuannya? Agar di bilang gaul, up to date, dan fashionable. Tapi tetap, akhirnya mereka mengatakan jika mereka memiliki style sendiri dan mencintai style mereka. Padahal jelas mereka telah membohongi diri mereka sendiri. Selama ini mereka telah beramai-ramai menjadi manusia replika atau mannequin hidup. Mereka pergi ke salon untuk meluruskan dan menghitamkan rambut lalu pembeli produk pemutih kulit, terjebak hasutan iklan-iklan di tv. Mereka mengkawati gigi-gigi mereka yang sudah bagus dan tentunya tidak akan kabur kemana-mana, hanya karena trend. Lalu bagaimana dengan wedges, Blackberry, Marlboro Methol? Dan bagaimana dengan otak-otak mereka?

Dari hal-hal mengerikan di atas, dapat di simpulkan jika perempuan tidak selamanya terlihat sebagai makhluk yang enak dipandang, lembut, baik, dan menyenangkan. Ada sisi lain dari perempuan bagai monster yang ditutup-tutupi dibalik kata emansipasi wanita. Apa emansipasi namanya ketika dalam hal mendapatkan gaji ingin disama-rata-kan, sedangkan dalam pekerjaan ingin selalu diringankan?

Saya juga seorang perempuan. Di usia saya yang sudah mulai beranjak dewasa, saya menggunakan intuisi untuk menyaring mana yang harus saya lakukan dan tidak, sebagai perempuan. Hal-hal menyebalkan tentang perempuan di atas adalah bahan pembelajaran, dan tidak semata-mata saya kemukakan secara asal. Itulah hasil pengamatan saya selama ini tentang sisi buruk perempuan. Tidak semua perempuan memiliki sifat seperti yang saya sebutkan di atas, hanya kebanyakan mereka seperti itu, tanpa mereka sadari. Mungkin saya pun seperti itu.

Ada dua orang perempuan yang saya kagumi di hidup saya. Yang pertama adalah Mamah. Tidak seperti ibu-ibu kebanyakan, Mamah adalah tipe perempuan pekerja yang selesai bekerja lebih senang diam di rumah. Mamah memang suka bergosip, tapi hanya dengan adik-adiknya, dan anak-anaknya, itu pun menggosipkan pengalaman-pengalamannya, bukan aib orang lain. Mamah bukan tipe ibu-ibu yang senang main ke tetangga sambil (ceritanya) mengasuh anaknya yang sedang bermain di situ, namun pada akhirnya anaknya terlantar karena ia malah asik bergosip dengan ibu-ibu lain. Mamah lebih senang diam di rumah, namun hubungannya dengan tetangga baik-baik saja, tanpa perlu ikut bergunjing. Mamah juga tidak pernah berlaku memalukan seperti kebanyakan ibu-ibu yang saya temui di pasar. Di manapun berada, Mamah selalu menunjukan intelektualitasnya sebagai perempuan, anggun dan elegan, kata lainnya tidak "kampungan."

Yang kedua adalah kakak perempuan saya, kakak kandung saya satu-satunya. Kakak saya memang tidak ingin terlihat lemah, terutama di depan laki-laki, namun ia tidak pernah semena-mena. Ia lebih memilih tidak mencampuri urusan dengan laki-laki dari pada harus berkuasa atas laki-laki. Kakak saya adalah perempuan mandiri yang tidak pernah menangis atau merengek karena suatu hal yang sepele, tidak pernah mendramatisir kesulitan yang dihadapi, tidak suka bergosip atau pun update status untuk tujuan alay-alay ala perempuan jaman sekarang. Dan yang paling saya kagumi dari kakak saya adalah, ia tidak tertarik dengan fashion, ia tidak ingin berkulit putih, ia tidak ingin mengganti hp bututnya dengan Blackberry di saat gajinya cukup besar. Namun otaknya yang cerdas, ketertarikannya dengan seni dan kasih sayangnya kepada keluarga, membuat ia menjadi perempuan super yang memiliki pandangan jauh kedepan. Ia berbeda dengan perempuan-perempuan lain. Ia memiliki ideologi tersendiri yang lebih memunculkan inner beauty yang tidak dimiliki perempuan-perempuan replika saat ini. Dan ia dan Mamah lah yang menjadi inspirasi saya untuk jadi wanita yang baik.

Selamat Hari Kartini, 21st April 2012

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"