Theater Performance -- "Rumah Boneka"


Diadaptasi dari A Doll's House karya Henrik Ibsen

Persembahan: Mainteater, Institut Ungu dan Pentas Indonesia
Tempat: Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat
Tanggal: Kamis, 26 April 2012

Produser: Faiza Mardzoeki
Sutradara: Wawan Sofwan
Penulis Naskah: Faiza Mardzoeki
Penata Lampu: Deden Bulqini
Penata Musik: Mogan Pasaribu
Penata Kostum: Ken Atik
Penata Grafis: Dita Rosmaritasari
Make Up Karakter: Taufiq S. Pasopati
Penata Panggung: Rizkika Lukman Hakim Lubis

Pemain: Heliana Sinaga, Ayu Dyah Pasha, Ayez Kassar, Teuku Rifnu Wikana, Willem Bevers, Pipien Putri, Raiqin Fauzantha Ramlan, Syfana Nurahmi Dewi

Sinopsis: Berkisah tentang Nora yang semasa gadisnya adalah seorang penari balet. Tetapi saat menikah dan punya anak, ia harus berhenti menari dan menyerahkan waktunya untuk mengurus anak-anak dan suaminya, Tommy Herlambang. Lalu suaminya terkena kanker, terpaksa harus berobat ke Singapura dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Padahal saat itu karir suaminya tidak memungkinkan untuk bisa mendapatkan biaya pengobatan yang dibutuhkan.

Demi  menyelamatkan suaminya, ia terpaksa berhutang kepada Togar, teman suaminya semasa kuliah, tanpa sepengetahuan siapapun termasuk suaminya. Suaminya pun berangsur sembuh. Beberapa saat kemudian suaminya diangkat menjadi direktur Bank Reksadana. Rahasia Nora berhutang pun terbongkar saat Togar di pecat oleh Tommy dan mengadukan perbuatan Nora kepada suaminya itu.

Tetapi Togar tidak jadi menuntut Nora karena ia telah kembali kepelukan kekasih lamanya yaitu Linda, teman semasa kuliah Nora. Namun rumah tangga Nora berantakan, Nora merasa ia terlalu di anggap lemah, dan ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan suami dan anak-anaknya.

foto: Fira Nursya'bani
:: Cerita bagus dan pemeran yang bagus pula membuat pertunjukan ini luar biasa bagus. Apalagi pemainnya di dukung oleh beberapa pemain yang memang sudah sangat berpengalaman di dunia teater.

Namun ada beberapa kekurangan, yaitu timpangnya usia sang tokoh utama, Nora, dengan pemain-pemain lain. Juga kurangnya efek musik yang dapat turut membawa penonton masuk ke dalam cerita dengan mudah.

Walaupun ini adalah drama tiga babak yang berlangsung selama 3 jam, tapi tidak membuat penonton bosan karena di suguhi dengan pertunjukan yang benar-benar totalitas dari setiap pemainnya.

foto: Fira Nursya'bani
Saya pergi ke Dago Tea House bersama tiga orang teman dekat saya, Prita dan Luci. Kami bertiga sempat membeli beberapa cemilan sebelum pergi dan naik angkot. Saat itu langit malam hujan. Kami dengan menggunakan satu payung untuk bertiga, jalan kaki menyusuri jalan menuju tempat pertunjukan. Ada payung pun percuma, kami basah kuyup.

Di sana kami bertemu teman kelas yang lain, Dosy dan Firdha yang juga kehujanan. Tak lama, Tantra dan Reza (pacar Luci) datang juga. Saat pertunjukan selesai, kami baru tersadar jam sudah menunjukan pukul 11 malam.

Tantra yang gak tega melihat kami, langsung menawarkan tumpangan di motornya. Jadilah saya dan Prita menumpangi motor Tantra, sedangkan Luci dengan pacarnya. Awalnya kami hanya minta di antar ke depan, ke tempat kami bisa naik angkot pulang. Tapi jalanan terlihat lumayan sepi, angkot pun tak ada.

Tantra yang lagi-lagi merasa kasihan pada kami langsung menawarkan untuk mengantarkan sampai Simpang Dago. Sampai di sana, kami sempat berfikir untuk naik Taksi, Reza sempat menawar beberapa Taksi, tapi mungkin karena mahal kami urungkan.

Dan akhirnya Tantra pun sudah benar-benar tiba di batas ke-iba-an, ia pun mengantarkan saya dan Prita sampai ke Ledeng. Was-was yang kami bertiga rasakan di sepanjang jalan karena kami naik motor bertiga dan penumpangnya pun tidak memakai helm, untunglah saat itu malam sudah larut dan polisi pun tidak tampak. Kami pun tiba di Ledeng dengan selamat. Terimakasih Tantra!

pic: personal documentation

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"