Ibu Suri In Memoriam: Hari-hari Terakhir -2

Mengenang 40 hari wafatnya Mama Dida Suryawati binti Sudrajat.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَهَا وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا

Oktober. Dalam kurun waktu sebulan, dua om saya, adik Mama, meninggal dunia. Saya dan Mama berkomunikasi intens. Saya gak tahu harus bagaimana menenangkan Mama yang saat itu kondisinya ikut drop.

Terakhir video call, 29 Oktober, saya lihat ada yang berbeda di wajah Mama. Mama sama sekali gak merespons apapun, meski Rainier dan Emica ada di layar ponsel.

Besoknya, Mama semakin drop dan akhirnya dibawa ke RSUD Ciawi. Mama masuk ICU karena menurut dokter, Mama kena strok. Beliau memang sudah lama ngidap darah tinggi.

Hidup gak pernah sebimbang ini. Hampir 5 menit sekali saya ngecek layar ponsel, berharap ada kabar baik tentang Mama.

Jumat 6 November tengah malam saya diberi kabar kalau Mama drop lagi. Padahal selama seminggu di rumah sakit, kondisi Mama selalu stabil dan sadar walaupun belum boleh dijenguk.

"Mama udah gak ada," kata teteh di panggilan telepon kedua. Di belakang terdengar sayup-sayup suara Bapak sedang mengaji Yasin.

Sejak awal dikabari Mama masuk ICU, sebenarnya saya seperti sedang belajar ikhlas. Waktu mendengar Mama meninggal, gak ada tangisan meraung-raung. Padahal dulu, membayangkan Mama gak ada saja saya sudah bercucuran air mata.

Pesan WhatsApp tanggal 29 Oktober jadi pesan terakhir saya untuk Mama yang gak berbalas. Semoga rasa sakit Mama di dunia berganti bahagia di sana.

Wajah terakhir Mama terlihat teduh. Sama seperti wajah nyenyak yang selalu saya lihat setiap saya masuk ke kamar Mama dan membangunkannya untuk salat subuh. Hanya, kali ini tidur Mama terlihat lebih lelap.

Ini Jumat yang cerah. Dengan pakaian terbaik di hari baik, Mama pulang.




Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"