Hatiku Tertinggal di Kamboja (4)

Hari keempat

foto: Fira Nursya'bani
Pagi-pagi sekali saya sudah sampai di Bandara Internasional Phnom Penh. Saya dan seorang lainnya harus terpisah dari rombongan dan naik pesawat pagi ke Bangkok, Thailand, untuk transit. Sementara yang lainnya naik pesawat siang.

Waktu koper saya ditimbang, ternyata beratnya melebihi beban maksimal bagasi kabin. Pilihannya, saya harus simpan koper di bagasi atau bayar denda kelebihan muatan.

Awalnya saya pilih antre untuk simpan koper di bagasi aja, soalnya lumayan juga harus bayar denda 10 dolar AS. Tapi mas EO dari Kemenpar minta saya untuk pilih denda dan dia yang akan bayar. Mungkin masnya ogah ribet.

Eh waktu petugasnya nerima uang denda, uang itu langsung dimasukin ke kantongnya sendiri. Waduh. Selama di pesawat saya jadi kepikiran, uang denda itu dilaporkan ke pemerintah atau ditilep sendiri sama si bapak petugasnya ya :(

Dari Phnom Penh ke Bangkok saya naik Bangkok Airways. Pesawatnya biasa aja sih, gak ada layar hiburan di kursi pesawatnya. Untung saya duduk di pojok, jadi bisa terhibur dengan lihat-lihat ke luar jendela.

Perjalanan ini ditempuh selama sekitar 45 menit. Sesampainya di Bandara Internasional Suvarnabhumi Bangkok, saya terpana. Buseeett bandara ini bagus buangettt..

Arsitekturnya megah dan mewah. Bangunannya juga super besar. Saya sampai terkagum-kagum dan sulit berkedip.

Tapi ada kabar buruk yang saya terima. Di bandara ini saya harus menunggu selama 7 jam ke penerbangan selanjutnya. Hwaaa... Kalau gitu saya bisa jalan-jalan dulu di Thailand.

Setelah menimbang-nimbang, saya memutuskan untuk menunggu sambil menyicil tulisan berita untuk dikirim ke kantor. Kebetulan saya menemukan pc komputer yang bisa dipakai gratis oleh calon penumpang.

Kemudian saya menyempatkan diri untuk tidur sejenak sambil nge-charge ponsel. Ngantuk berat nih gara-gara tadi berangkat pagi banget dari hotel. Di ruang tunggu ada beberapa kursi santai yang bisa dipakai tidur. 

Gak terasa udah siang aja di sini. Saya langsung bangun dan bergegas ke gate F, tempat pesawat saya akan take off. Oh iya, dari sini saya akan naik Garuda Indonesia ke Jakarta.

Ada cerita lucu lagi nih waktu lagi nunggu gate dibuka. Jadi ada seorang cowok yang menyapa saya. Dia memperkenalkan diri dan mengaku warga Kenya. Namanya saya lupa, beneran deh.

Katanya dia punya kenalan gitu di Indonesia dan akan menemui kenalannya itu. Berani juga ya si abang ini main dari Afrika ke Indonesia sendirian.

Sejujurnya aksen bahasa Inggrisnya nge-blend banget. Kayak rapper dan sulit saya cerna. Gusti.. Saya harus berkali-kali nanya, dia ngomong apa huhu.

foto: Fira Nursya'bani

Beberapa menit saya berinteraksi sama dia, datanglah rombongan dari Kemenpar yang baru landing di Bangkok. Kita akan naik pesawat yang sama ke Jakarta.

Mbak Dian berbaik hati belikan saya makanan. Suasana pun jadi ramai. Saya sejenak lupa sama abang yang dari Kenya.

Gak lama, tiba-tiba si abang ini sudah ada si samping saya. Wah kaget dong. Doi senyum senyum gitu. Rombongan yang lihat langsung ngegodain saya.

Mas Erwin bahkan bilang "Fira baru ditinggal sebentar udah dapet jodoh lagi aja." Ucet mas, saya bulan depan mau nikah tauuk.

Dasar si saya parnoan. Pas antre, saya nyelinap di antara mbak Dian dan Pak Joko supaya gak deket-deket sama abang dari Kenya itu.

Maafkan aku bang, aku hanya waspadaa huhu.

Perjalanan dari Bangkok ke Jakarta memakan waktu yang cukup lama. Sudah makan, ngemil, dan tidur, tetap rasanya gak sampai-sampai.

Gak lama hujan turun lumayan deras. Pesawat sempat beberapa kali oleng dan seluruh penumpang diminta untuk pakai sabuk pengaman.

Saya duduk terhimpit di tengah, di antara dua penumpang. Seorang ibu dari Singapura yang kebetulan duduk di dekat jendela di samping kiri saya, terus bolak balik ke toilet. Sepertinya belio panik karena cuaca buruk.

Saya berusaha menenangkan belio dan menawarkan diri untuk tukar tempat duduk. Selain di dekat jendela bikin belio ngeri, duduk di pojok juga menyulitkan belio untuk bolak balik ke toilet. Si ibu menerima dengan ramah banget.

Alhamdulillah pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta. Keluar bandara saya harus melewati sejumlah pemeriksaan lagi nih.

Karena yang lain masih harus nunggu bagasi, sedangkan saya masih setia simpan koper di kabin, saya pamit pulang duluan.

Terminal 3 benar-benar bikin keder. Saya sempat nyasar ke parkiran, padahal saya mau naik damri. Untungnya saya balik kanan dan ketemu banyak penumpang lainnya yang sama-sama sedang menunggu damri.

Saya beli tiket dulu Rp75.000 dan kemudian duduk cantik nunggu datangnya damri ke Botani, Bogor. Biasanya setiap dari luar kota saya selalu naik taksi bandara ke kosan teteh, tapi kali ini saya mau pulang ke rumah orang tua.

Saya sempat menghubungi sepupu yang kerja di Soekarno Hatta, Aga, untuk ngasih makanan. Tapi ternyata doi kerja di Terminal 2 yang lumayan jauh dari Terminal 3. Gak sempet ketemu deh.

Waktu damri Bogor datang, penumpang langsung berebut naik. Saya ikut berdesak-desakan sambil bawa koper yang super berat. Untung ada seorang ibu yang urung naik karena kursi tinggal tersisa satu di belakang, sedangkan doi berdua sama anaknya. Wah rezeki saya ni kursi.

Nyamannya duduk di damri. Saya ngobrol sebentar sama bapak-bapak di sebelah saya. Belio dari Singapura, abis kunjungan kerja. Baik. Setelah itu saya tidur di sepanjang jalan.

Dua jam kemudian. Alhamdulillah sampai Botani. Langsung saya naik angkot 10 jurusan Baranang Siang-Ciawi dan turun di Ciawi. Lalu saya minta dijemput Bapak karena sudah sangat lelah. Seperti biasa, Bapak selalu siaga, gak pernah tidur sebelum anaknya sampai rumah.

Hwaaahh.. pengalaman ke Kamboja gak akan pernah saya lupakan. Sekarang.. saatnya saya istirahat. 

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"