Walimatul ‘Urs Fira-Raisan (3)


foto: Muhammad Eldi Sudradjat

Setelah proses akad selesai, saya dan Raisan harus ganti baju untuk acara resepsi. Kita cuma ganti baju sekali aja kok, karena gak ingin ribet juga.

Oia, baju pengantin kedua ini saya pesen khusus, bentuk kebaya modern dan warnanya hitam. Sedari SMA saya selalu ngebayangin nikah pakai kebaya hitam hihi.
 
Awalnya saya kira bajunya bakal dibikinin model brukat berpayet kayak kebaya-kebaya pengantin pada umumnya. Tapi tenyata kebayanya berbahan kain (kain apa ya, gak tau namanya), yang dipasangi tali-tali ala payet warna emas dan perak. Agak aneh sih, tapi ternyata bagus juga.

Waktu fitting baju, kebaya ini agak kebesaran di saya. Maklum badan model Kendal Jenner gini memang harus pakai baju yang ngepas. Kemudian ibu bridalnya bikin baju itu jadi lebih kecil, sampai akhirnya ngepas waktu dipakai resepsi.

Saya juga masih menolak bawahan gaun dan minta dipakaikan kain yang sama kayak yang dipakai Raisan. Tentunya masih dengan siger di kepala, supaya masih keliatan khas pengantin Sunda.

Meski konsep kebaya resepsi sudah dirancang sesempurna mungkin, ternyata sebelum ganti baju saya masih harus didandani sekitar 1,5 jam. Sebenarnya gak ada riasan yang banyak berubah, ibu rias cuma nambahin bedak, copot kelopak mata, dan ganti lipstik jadi warna yang lebih gelap. Tapi kenapa lama banget ya?

foto: Dharma Widjayanto

Alhasil upacara adat kedua, yaitu mapag panganten, yang dijadwalkan jam 11.00 harus ngaret sedikit. Ternyata di luar ruang rias sudah banyak banget tamu yang datang.

Lalu saya kembali merasa jadi topeng monyet. Apalagi waktu itu gak gladi sama sekali, jadi gak ngerti apa yang harus dilakukan saat mapag panganten.

Ternyata yang harus saya dan Raisan lakukan hanya berjalan sampai ke pelaminan. Untuk saya pribadi, sangat gak nyaman jadi pusat perhatian dan menghadapi begitu banyak kamera. Inilah satu-satunya hal yang membedakan saya dengan Kendal Jenner.

foto: Muhammad Eldi Sudradjat

Kemudian semuanya berjalan seperti acara resepsi pada umumnya. Wow, saya gak nyangka banget bakal ngalamin kayak gini, bersalaman dengan semua tamu yang datang. Ini adalah hari paling aneh sedunia.

Di antara tamu-tamu yang datang, yang kebanyakan tamu-tamu orang tua, ada juga teman-teman spesial saya dan Raisan. Kebetulan kita berdua memang hanya mengundang teman-teman dekat.

foto: Dharma Widjayanto

Teman spesial pertama saya yang datang adalah Rian, partner jalan-jalan sedari SMA, yang datang seorang diri tanpa istrinya. Sayangnya Rian gak foto formal dan hanya kefoto belakang badannya hihi.

Meski saya gak bisa datang waktu Rian nikah, tapi dia menyempatkan diri buat mampir ke sini sebelum kerja. Selain itu, partner jalan-jalan lainnya yang datang ada Yamin dan istri, juga Astri dan suami, yang ternyata mereka gak foto formal di pelaminan. Kok bisa ya, hiks.

Gak berasa, terakhir kita berempat jalan-jalan ke Kota Tua tahun 2012 dulu, lima tahun kemudian kita semua sudah menikah. Terharu.

Teman spesial kedua saya yang hadir adalah…. TAGONI. Dan yang paling bikin spesial adalah mereka hadir dengan lengkap, plus Nara, a Ogi, a Febri, a Nova, tapi minus mas Chandra.

Identitas Tagoni sudah gak perlu diungkap lagi lah ya, karena jaman kuliah dulu sering dibahas di blog ini. Tapi ini memang jadi momen yang langka banget untuk kita semua bisa sama-sama kumpul berenam.

Uci bahkan ngebela-belain datang dari Cirebon pakai kereta sama calon suaminya, a Nova. Mereka nginep di tempatnya Juju bersama Memey. Rombongan ini meluncur ke Ciawi pagi-pagi pakai taksi daring dan tiba tepat sebelum proses akad dimulai.

Sementara Prita dan keluarga kecilnya meluncur dari Cimahi ke Purwakarta untuk jemput bumil Riestia dan a Febri. Mereka pakai jalur Bekasi-Jakarta-Bogor kemudian pas sampai di Ciawi saat akad berlangsung.

Senangnyaaa dihadiri semua adik-adik lucu nan imut yang sebagian sudah mendahului kakak sulungnya nikah hihi. 

TAGONI. (foto: Dharma Widjayanto)

Teman spesial saya selanjutnya ada sahabat-sahabat yang datang masing-masing, tapi kemudian bersatu di pelaminan, yaitu Firstia, Wisnu dan Asti, juga Angga dan Shanty. Mereka bisa dibilang bukan orang asing lagi nih karena sudah jadi sahabat sejak SMP.

Angga, Shanty, Firstia, Wisnu & Asti (foto: Dharma Widjayanto)

Nah kali ini ada teman-teman spesial Raisan dari Bandung. Rombongan pertama ada Jurusan Manajemen UPI angkatan 2008, yang sekaligus teman seperjuangan Raisan dalam ekspedisi Tepa Salira. Ada Kris, Agus, Ginan, Bernard, Wisnu, Kiki dan istri, Dani Dzul, dan juga Aldrin. Oia, Kris, Agus, dan Wisnu ini juga menyaksikan momen sakral kita waktu hadir di acara lamaran tanggal 5 Maret lalu.

foto: Dharma Widjayanto

Teman spesial Raisan yang kedua adalah rombongan junior Jurusan Manajemen. Ada Devis dari angkatan 2010 dan rombongan angkatan 2013, yaitu Favian, Irun, Hana, Sarah, Abo, Asfira, Gina, Andrian, Revin, Fattah, Risman, Bebey, Juan, dan Rifqi.  Mereka mengenal Raisan saat pendakian gunung Papandayan sebelum Raisan kerja di Republika. Saat itu mereka baru masuk kuliah.

foto: Dharma Widjayanto

Teman spesial Raisan yang satu ini adalah fotografer 'berbahaya' dari berbagai media. Ada Hafidz bersama istri, Midun, dan Romi. Mereka sering bertemu Raisan waktu bertugas di KPK.

Romi bahkan menginap di rumah Raisan sewaktu liputan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) di Bandung. Sedangkan, Hafidz pernah meliput gerhana matahari total bersama Raisan di Bangka Belitung, dengan kapal feri.

foto: Dharma Widjayanto

Nah tamu kali ini yang datang gak cuma spesial untuk saya, tapi juga untuk Raisan, mengingat kita pernah ada di satu kantor yang sama. Satu hal yang mengejutkan adalah, betapa banyak bos-bos kesayangan yang datang, salah satu yang paling saya tunggu adalah Redaktur Pelaksana Newsroom Republika yang dulu pernah jadi mentor saya, Bang Elba. Setau saya, jarang-jarang beliau ini datang ke nikahan anak buahnya lho.

Bang Elba datang dengan beberapa teman dekat saya dan Raisan, yaitu Intan, Wulan, Bang Edi, Idin, dan Mas Wihdan.

Di dalam rombongan kemudian ada satu bos newsroom lagi, yaitu Mbak Friska yang datang bersama suami dan anaknya yang lucu.

Gak lama kemudian, satu lagi bos yang menampakkan batang hidungnya, kali ini bos Republika Online, yaitu Om Dewo, beserta istrinya. Hwaaa.. kok rasanya gak berhenti terharu ya.

foto: Dharma Widjayanto

Saat upacara mapag panganten tadi, ada satu rombongan warga Republika juga yang sudah datang. Dan di rombongan ini juga ada dua bos, yaitu Bang Edwin bos Biro Foto Republika dan Mas Fafa bos Republika Video. Mereka hadir bersama anak buah masing-masing, Kak Rahma dari Biro Foto, Bang Wisnu dan Athar dari video.

Eh selain itu, kita juga kedatangan bumil imut kesayangan saya, Teh Lida bersama suami dan anaknya. Dan ada manten baru juga, a Gilang dan istrinya. Terakhir ada Shelbi yang nyempil di antara mereka. Kok bisa-bisanya sih, Biii. Hihi.

foto: Dharma Widjayanto

Oh dan kemudian ada satu lagi bos yang datang yaitu pak Nurhasan Murtiadji, Wakil Pemimpin Redaksi Republika. Pak Hasan hadir bersama istri dan anaknya. Duh, terharu lagi nih.

foto: Dharma Widjayanto

Rasa senang atas kedatangan teman-teman spesial sudah gak bisa lagi diungkapkan, apalagi semua teman datang, mulai dari SMP, SMA, kuliah, sampai kerja. Cuma temen SD aja nih yang gak ada hihi.

Raisan pun demikian, sebagai seorang pria populer di kampus, tentunya ada banyak teman-teman spesial yang rela jauh-jauh datang ke Ciawi dari Bandung. Dan tentu juga untuk tamu-tamunya Bapak Mama Bogor dan Papa Mama Bandung. Maaf gak bisa dijelasin karena gak kenal semua hwaa..

Untuk teman-teman spesial lainnya yang gak keundang, saya dan Raisan minta maaf banget. Menyiapkan pernikahan sambil kerja tentunya membuat konsentrasi kita terpecah dan akhirnya ada banyak hal yang kelewat. Tapi tetep, doa semua orang adalah kebahagiaan kami.

karikatur dari Tagoni (foto: Muhammad Eldi Sudradjat)

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"