Tali pusar yang bikin gusar (trimester III)

dok. pribadi

Sama seperti saat hamil Rainier 2 tahun lalu, memasuki trimester III kali ini saya harus melewati Ramadan. Saya tetap meniatkan diri untuk puasa penuh, meski nyatanya harus menyerah 3 hari.

Kondisi kehamilan saat ini cukup sulit, selain harus ngasih nutrisi ke janin di dalem perut, saya juga masih menyusui Rai. Di hari kerja, saya bisa puasa penuh karena Rai cuma nyusu waktu malam.

foto: Raisan Al Farisi

Tapi di hari libur, saya lumayan kewalahan karena Rai terus nyusu siang malam. Jadi, karena ada 2 anak yang menggantungkan hidupnya ke saya, saya memutuskan untuk gak puasa dulu dan menggantinya di lain hari.

Keluhan yang paling sering saya alami selama puasa adalah sakit ulu hati akibat naiknya asam lambung. Rasanya kayak sesak di bawah dada dan panas (heartburn). Untungnya, setelah puasa dan jadwal makan kembali normal, sakit itu menghilang dengan sendirinya.

Untuk merilekskan badan, saya juga sudah mulai melakukan senam hamil. Jangan dikira saya bisa senam dengan damai, Rai yang super aktif gak jarang ikut ngerecokin, sampai naik-naik ke punggung.

foto: Raisan Al Farisi

Meski begitu, saya senang karena kali ini saya ada teman senam, gak cuma berteman dengan instruktur virtual di YouTube.

Di usia kandungan 32 minggu, saya kembali ke Obgyn untuk USG. Obgyn yang saya datangi sekarang berbeda dengan yang saya datangi pertama kali di trimester II lalu. Klinik yang ini menyediakan USG 4 dimensi dengan harga miring.

Bener aja sih, saya bisa lihat jelas wajah dedek di dalem perut yang miriiip banget sama Rai. Kondisi dedek bagus, posisi bagus, ketuban bagus, berat badan dan detak jantung juga bagus.

Cumaaa... ada satu masalah yang bikin saya gusar. Leher dedek terlilit tali pusar 1 kali.

Menurut dokter, tali pusar melilit leher janin itu hal yang biasa. Penyebabnya, si janin bergerak terlalu aktif di dalem perut. Dan kalau janinnya masih aktif, insyaallah lilitan itu bakal terlepas sendiri.


Hal lain yang bikin saya gusar adalah, bidan dekat rumah bilang saya sulit melahirkan di tempatnya kalau dedek dalam keadaan terlilit tali pusar. Saya direkomendasikan untuk lahiran di klinik bersalin atau rumah sakit.

Bidan menyarankan saya untuk sering-sering nungging dan banyak berdoa, minta ke Allah agar segera dilepaskan lilitan itu.

Jujur semua itu bikin saya sedikit stres karena kepikiran terus. Di pikiran saya sudah terbayang saya akan lahiran cepat dan normal di bidan, persis kayak waktu lahiran Rai.

Dua minggu kemudian, alhamdulillah saat saya kembali USG di usia kandungan 34 minggu, dokter bilang lilitannya sudah lepas. Bahkan dedek sudah ada di posisi siap untuk dilahirkan.

Masyaallah rasanya hati langsung plong. Lalu saya kembali memberikan sugesti ke diri sendiri untuk bisa melahirkan normal.

Untuk merayakan perasaan gembira ini, saya melakukan maternity shoot suka-suka di rumah bareng suami. Maklum, di masa corona ini kami harus dikurung di rumah dan gak bisa babymoon untuk nyetok foto hamil.

foto: Raisan Al Farisi

Saya dan suami juga sudah mulai nyicil belanja keperluan bayi. Karena baju bayi Rai masih layak pakai dan bahkan ada yang masih bagus karena jarang dipakai, saya memutuskan untuk gak beli baju baru.

foto: Fira Nursya'bani
Barang-barang kayak stroller, kasur bayi, gendongan, baby bather, baby walker, dll pun masih tersimpan dengan rapi.

Dana yang ada saya alokasikan untuk belanja toiletries bayi dan peralatan pumping, mengingat saya harus memerah ASI di kantor. Pokoknya kehamilan kali ini alhamdulillah banyak menghemat.

Satu bulan setengah sebelum melahirkan, ternyata saya sudah diberi cuti oleh kantor. Ini agak aneh sih karena di rumah pun saya sangat gabut. Tapi lebih aneh lagi, di masa cuti saya masih diminta untuk kerja dari rumah.

Karena saya ingin menikmati masa cuti, akhirnya saya memutuskan untuk menolak kerja dari rumah. Lagi pula saya harus meredakan stres setelah dokter bilang janin saya terlilit tali pusar dan bidan bilang saya sulit melahirkan normal.

Masa cuti saya habiskan dengan membayar hutang blogging, menjahit, beres-beres rumah, masak, senam, menanam bibit cabai, mempersiapkan koper untuk bersalin, cari referensi tempat bersalin, dan memperbanyak waktu berkualitas dengan anak dan suami. Saya juga punya waktu yang agak leluasa mengingat Rai masih dipegang oleh pengasuhnya.

foto: Raisan Al Farisi

Udah mulai deg-degan nih! Doakan lahirannya lancar ya..

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"