Wawancara Eksklusif Presiden Komite Palang Merah Internasional

foto: Raisan Al Farisi

Sudah gak kehitung berapa kali wawancara tatap muka sama narasumber, tapi kali ini jadi kesempatan langka karena untuk pertama kalinya saya melakukan wawancara eksklusif. *tepuk tangan*

Narasumber saya kali ini bukan orang sembarangan, yaitu Presiden Komite Palang Merah Internasional atau bahasa kerennya International Committee of Red Cross (ICRC), Peter Maurer.

Sebagai anak bawang, saya gak jalan sendirian ke Mandarin Oriental Hotel, Jakarta Pusat, tempat wawancara bakal dilakukan. Saya ditemani redaktur dan fotografer. Yang banyak tanya-tanya tentunya redaktur, saya cuma pelengkap bagaikan kecap di mangkok bakso.

Mulai dari Myanmar dan Afrika Timur, sampai kepo soal perasaan doi kerja di organisasi kemanusiaan, semua percakapan (yang bahkan gak diterbitkan di koran) bisa diintip di sini.


Apa tujuan Anda mengunjungi Indonesia?

Kunjungan saya adalah jelas untuk bekerja sama dengan Indonesia di masa depan dengan cara-cara baru, karena kami mengakui Indonesia telah sangat berbeda saat ini. Dan ambisi saya adalah untuk melakukan eksplorasi bersama dengan otoritas Indonesia dalam bekerja sama untuk Indonesia, untuk wilayah, dan untuk seluruh dunia

Indonesia adalah negara yang penting karena karakter multikulturalnya. Indonesia juga aktif dalam konflik yang terjadi di negara-negara Islam

Semua faktor itu membuat saya merasa kunjungan ini adalah kesempatan baik untuk bersama dengan pemerintah Indonesia menjalin kerja sama baru, sebagai tempat bagi ICRC untuk bisa memberikan kontribusi. ICRC telah memiliki banyak pengalaman internasional dalam menghadapi krisis, bencana, dan kekerasan.

Ada berbagai macam masalah, dalam hal operasional, seperti kegiatan; dalam hal hukum; dalam hal kebijakan. Di Indonesia saya tertarik pada masalah besar seperti menguatkan pluralisme dan toleransi dan memerangi ekstrimisme, isu-isu yang memerlukan kontribusi ICRC. Karena kami bekerja di garis depan dalam konflik dan dalam dampak yang dibawa akibat konflik.

Saya mendapatkan tanggapan yang positif. Apa yang harus saya lakukan sekarang dan di masa depan adalah memperluas ide-ide yang telah saya eksplor bersama pemerintah Indonesia.


Tantangan terbesar apa menurut Anda yang ada di Indonesia?

Tantangan terbesar di Indonesia tentunya hanya bisa ditentukan oleh pemerintah Indonesia, yang mana yang menjadi prioritas. Saya hanya bisa memberi tahu masalah-masalah yang dapat menjadi tempat bagi ICRC untuk bisa memberikan kontribusi dengan segala kemampuan yang dimiliki.

Kami memiliki kemampuan dalam merangkul kepolisian atau angkatan bersenjata dalam mengendalikan massa dan menghadapi kesulitan di wilayah perkotaan. Kami memiliki kemampuan dalam memberikan respons terhadap krisis kemanusiaan. Kami memiliki kemampuan dalam menangani masalah kekerasan seksual. Kami menemukan masalah-masalah ini sedang menghantui wilayah konflik dan juga di negara lain.

Isu-isu tersebut merupakan isu yang telah banyak dihadapi oleh ICRC dalam dunia internasional, sebagai organisasi yang telah bekerja di lebih dari 100 negara.

Kerja sama baru dengan negara seperti Indonesia adalah untuk membantu kegiatan-kegiatan ICRC. Kami dapat bekerja dengan organisasi palang merah lokal dan institusi lokal.

Karakter masyarakat Indonesia yang pluralistik dan multikultural membantu kami untuk menghadapi tantangan-tantangan itu. Namun, untuk menentukan mana masalah yang menjadi prioritas, itu terserah pemerintah Indonesia. Kami hanya memberikan kontribusi di dalam masalah sesuai dengan kemampuan kami.


Bagaimana dengan masalah pengungsi?

Saya percaya ini adalah isu yang menarik perhatian Indonesia. Saya sangat terkesan dengan percakapan yang saya lakukan bersama otoritas Indonesia, bahwa mereka tidak menganggap masalah ini sebagai masalah yang tidak penting, melainkan relevan dengan beberapa masalah di Indonesia.

Itulah alasan mengapa saya pikir masalah kritis tersebut merupakan masalah yang penting untuk menentukan ruang lingkup kerja sama ini. Kerja kami di Indonesia, khususnya di Jakarta, adalah juga untuk mendukung wilayah ASEAN secara keseluruhan, karena saya juga mengunjungi sekretariat ASEAN. Indonesia adalah tempat kita dapat membangun keterampilan dan kompetensi, untuk membuat solusi bagi masalah pengungsi yang signifikan.


Apakah Anda berencana mengunjungi Myanmar?

Tentu saya memiliki rencana untuk datang ke Myanmar. Saya pernah mengunjungi Myanmar dan saya akan kembali ke Myanmar, tapi masih tentatif. Saya berencana mengunjungi Myanmar pada Mei mendatang.

Program kami di Myanmar adalah program yang sangat penting. Kami telah aktif berkegiatan di seluruh wilayah negara dalam menghadapi banyak masalah. Kami membawa bantuan dan perlindungan bagi orang-orang yang ada di negara bagian Rakhine.

Kami memiliki kantor dan sejumlah kegiatan untuk berbagi pengalaman. Kami mengunjungi para tahanan dan mengusulkan pendekatan yang lebih sistemik untuk menghadapi masalah penahanan. Mereka adalah bagian dari program kami.


Apakah Anda optimistis dapat menyelesaikan kasus di sana dan bertemu Aung San Suu Kyi?

Tentu saya memiliki rencana untuk bertemu dengannya. Optimisme adalah sebuah kata yang bermakna besar dalam hal kemanusiaan, karena kita harus melakukan langkah kecil ke depan. Dengan langkah kecil itu kita bisa optimistis.

Kami menyadari ini adalah masalah sulit untuk dihadapi oleh organisasi kemanusiaan karena menyangkut masalah politik. Saya pikir kita sama-sama tahu bahwa pemerintah Myanmar telah melakukan proses perdamaian dan rekonsiliasi di negara itu. Saya pikir organisasi kemanusiaan dapat berkontribusi untuk menciptakan situasi seperti itu.


Apa kontribusi ICRC terhadap krisis kelaparan di Afrika Timur?

Negara-negara itu sekarang berada diambang kelaparan. Dari Yaman ke Somalia ke Sudan Selatan dan Northern Nigeria ada banyak wilayah yang menjadi prioritas ICRC. Di Yaman, kami aktif di seluruh negeri dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Yaman dalam beberapa tahun terakhir.

Kami memiliki program utama dengan adanya kantor kami di Sana'a dan Sa'ada. Program kami adalah program besar, yang meliputi bantuan ekonomi, bantuan kesehatan.

Somalia adalah salah satu wilayah operasi terbesar ICRC. ICRC adalah salah satu dari beberapa pihak yang memiliki kapasitas kuat untuk memberikan bantuan kemanusiaan di Somalia. Ketika daerah di sana sebagian dikendalikan oleh al Shabab (kelompok militan), ICRC hadir selama dua tahun terakhir untuk melakukan kegiatan dan kami masih akan terus melakukannya.

Sudan Selatan adalah wilayah operasi terbesar kedua ICRC di seluruh dunia. Anda bisa membayangkan, kami harus melakukan pendistribusian bantuan di wilayah yang paling sulit.

Sudan Selatan adalah satu-satunya wilayah di dunia yang memerlukan kami untuk melakukan pembagian bantuan makanan dengan cara dijatuhkan dari atas pesawat. Hal itu karena kami kesulitan mencapai tempat-tempat yang terpencil dan jauh di Sudan Selatan.

Dan kemudian, Northern Nigeria adalah tempat ICRC melakukan kegiatan selama beberapa tahun terakhir. Saya telah mengunjungi negara itu dua kali. Dalam beberapa bulan terakhir, saya telah mengunjungi tiga tempat. Saya menyaksikan sendiri pengungsian besar-besaran, dengan lebih dari 2,5 juta orang mengungsi.

Saya berikutnya akan melakukan perjalanan pada Ahad ke Washington, untuk melakukan pertemuan Bank Dunia pada Senin dengan PBB dan lembaga-lembaga internasional. Kami merencanakan di masa depan untuk melibatkan para donor baru untuk mendukung operasional kegiatan ICRC.


Siapa menurut Anda yang paling bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Timur Tengah?

Saya tidak akan menentukan. Ada daerah konflik yang pelanggarannya terjadi hanya di satu sisi. Saya pikir sangat penting untuk keluar dari masalah kekerasan dan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional, yang telah menyebabkan pengungsian penduduk besar-besaran.

Sejauh ini, ini adalah krisis terbesar yang pernah kita lihat sejak Perang Dunia II. Krisis ini memiliki dampak besar bagi penduduk sipil. Kita tentu belum pernah melihat adanya konflik besar setelah Perang Dunia II, yang menyebabkan pengungsian terbesar seperti yang kita lihat saat ini di Suriah yang memiliki 24 juta penduduk.

12 juta orang harus mengungsi. Empat juta di antaranya mengungsi di negara-negara tetangga dan delapan juta orang lainnya mengungsi di dalam negeri. Delapan juta orang itu kini yang menjadi fokus ICRC.


Bagaimana Anda bisa menyeimbangkan pekerjaan Anda antara ICRC dan Forum Ekonomi Dunia?

Pekerjaan saya adalah sebagai Presiden ICRC. Keanggotaan saya di Forum Ekonomi Dunia hanya sebagai anggota dewan. Saya ingin mengambil keuntungan dari jaringan yang saya miliki di Forum Ekonomi Dunia.

Apa yang kita lihat saat ini adalah, konflik dan kekerasan telah menciptakan bencana kemanusiaan dan bencana kemanusiaan tidak bisa diselesaikan hanya oleh organisasi kemanusiaan. Kita perlu bekerja dengan sektor swasta. Forum Ekonomi Dunia adalah lembaga netral yang bisa kita gunakan untuk merangkul sektor swasta agar mereka dapat memiliki ketertarikan untuk mendukung kegiatan kemanusiaan.

Selama 2,5 tahun sebagai anggota dewan ICRC dan empat tahun sebagai Presiden ICRC, saya telah menjadikan isu kemanusiaan sebagai bagian dari agenda Forum Ekonomi Dunia. Anda mungkin tahu, dua tahun lalu, pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos telah melahirkan 12 kegiatan yang berkaitan dengan kemanusiaan. Dan tahun lalu, kami memiliki 34 kegiatan kemanusiaan.

Ada banyak perusahaan yang menunjukkan ketertarikan mereka untuk berkontribusi bagi kemanusiaan. Bagi mereka hal ini merupakan hal baru. Bagi organisasi kemanusiaan, bekerja sama dengan sektor swasta juga merupakan hal baru. Saya sebagai presiden ICRC dan sebagai aktivis kemanusiaan, berkomitmen untuk terus merangkul sektor swasta dan mencari solusi dari pihak swasta untuk kemanusiaan.

Apakah Anda berharap bahwa semua orang menyadari bahwa mereka perlu memberikan kontribusi (bagi kemanusiaan)?

Beberapa orang menyadari bahwa mereka harus berkontribusi, namun yang lainnya belum menyadari. Kita harus membuat mereka mengerti, mereka harus berkontribusi, karena kita perlu bantuan keuangan lebih banyak dari sektor swasta dan masyarakat internasional.

Kita harus memunculkan lagi prinsip kemanusiaan dan menyadari betapa penting memberi dukungan kepada kegiatan kemanusiaan. Kami sudah bergelut selama bertahun-tahun untuk meningkatkan kegiatan kemanusiaan kami. Dan ini semua didukung oleh donatur lama dan juga donatur baru.

Ada banyak strategi yang dapat digunakan untuk membuat permohonan kepada donatur. Hal terpenting adalah, kita tidak hanya meningkatkan donasi, tetapi kita juga harus menunjukkan nilai-nilai yang baik kepada mereka yang tertarik untuk bergabung dengan kegiatan kemanusiaan.

Apakah Anda bahagia bekerja di organisasi kemanusiaan?

Kebahagiaan memiliki konsep yang sangat luas. Ada banyak konsep bahagia. Saya hanya mengatakan, saya tidak mengeluh bahwa pekerjaan saya adalah salah satu pekerjaan yang memiliki dampak langsung dari kehidupan konkret orang lain.

Hal itu adalah sumber, saya tidak ingin mengatakan kebahagiaan, tapi kebanggaan, untuk menjadi presiden sebuah organisasi yang telah berdiri sejak lebih dari 150 tahun lalu. Saya bekerja dengan menghadapi aksi kekerasan dan menemui korbannya. Saya pikir hal ini adalah kepuasan dan kebangaan tersendiri. 



(Wawancara eksklusif Republika dengan Presiden ICRC Peter Maurer diterbitkan di Harian Republika edisi 23 Maret 2017, Hal. 1 dan 9)
sumber: epaper.republika.co.id
sumber: epaper.republika.co.id



Berhubung ini kesempatan langka, gak lupa kita semua berswafoto ria. By the way, ini sekali-sekalinya ditugasin liputan bareng calon suami.

Awalnya karena bos foto gak tanya-tanya dulu siapa reporter yang bakal liputan. Kalau tau saya yang liputan, mungkin bukan fotografer ini yang diminta ihihi.

foto: Raisan Al Farisi

foto: Raisan Al Farisi

Comments

Popular posts from this blog

Kerajian Tangan Tas Sedotan

Main di Kebun Teh Puncak

"Karma Dalem Boncel"